Umsida.ac.id – Pelaksanaan Program Pertukaran Mahasiswa Dalam Negeri (PMM DN) batch 4 di Umsida telah usai. Banyak kegiatan yang mereka lakukan selama empat bulan tinggal di kota udang bandeng ini. Bahkan mereka merayakan banyak hari besar bersama.
Baca juga: 23 Mahasiswa PMM Inbound Umsida Ikuti Kegiatan Refleksi di Pacitan
Sejak kedatangan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia pada 7 Maret lalu, mereka yang berjumlah 75 mahasiswa itu merayakan banyak hari besar bersama, seperti Nyepi, bulan Ramadan, wafat Isa Al-Masih, Paskah, Idul Fitri, Kenaikan Isa Al-Masih, Waisak, dan Idul Adha.
Di hari besar tersebut, memang biasanya dilaksanakan bersama keluarga di rumah, atau pulang kampung ke rumah kerabat dekat. Namun karena harus mengikuti kegiatan PMM ini, mereka tidak bisa bersua bersama keluarga di rumah.
Rayakan Paskah bersamaan dengan bulan Ramadan
Mahasiswa PMM berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Artinya, mereka berasal dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan. Tak hanya merayakan Idul Adha dan Idul Fitri saja, tapi ada beberapa mahasiswa PMM yang merayakan hari besar lainnya, seperti paskah.
Mahasiswa dari Universitas Timor, Petrus Adelino Sani Teme merupakan salah satu mahasiswa PMM yang merayakan hari Paskah tanpa keluarga di daerahnya. Menurutnya, PMM merupakan salah satu kesempatan untuk mengenal Indonesia tanpa harus mengunjunginya satu per satu. Di program inilah Indonesia disatukan.
Ini menjadi pengalaman pertama Adelino, sapaannya, keluar dari Timor dan merayakan hari Paskah tanpa keluarga. Ia mengaku sedih karena jauh dari keluarga dan teman satu daerah, tapi Adelino tetap menikmati hari raya tersebut dengan temannya di PMM. Terlebih hari raya Paskah bersamaan dengan bulan Ramadan.
Pertama kali ikut meramaikan Ramadan, membuat Adelino terkesan dengan adat setempat saat merayakan Ramadan dan lebaran.
“Apalagi ketika bulan puasa, saya sedikit tidak enak kalau mau makan. Di Timor kan mayoritas Kristen dan Katolik jadi sudah biasa kalau kita makan di siang hari. Kalau di sini saya seperti ikutan berpuasa, takut mengganggu ibadah mereka,” ujar mahasiswa semester 4 itu.
Alhasil, saat bulan Ramadan Adelino mengikuti pola teman-temannya yang berpuasa, mulai dari sahur, berbuka, bahkan berburu takjil di masjid. Menurutnya, pengalaman seperti itu sangat jarang ia temui dan membuatnya sadar akan keberagaman Indonesia.
Rayakan Idul Fitri dan Idul Adha bersama
Tak hanya paskah, mahasiswa PMM juga merayakan hari Lebaran dan Idul Adha tanpa keluarga. Hal tersebut dirasakan oleh kepala suku PMM 4 Umsida (sebutan untuk koordinator), Azura Erlis, mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Umsu). Ini merupakan momen pertamanya merayakan Idul Fitri dan Idul Adha jauh dari keluarga.
“Bersamaan dengan perayaan Idul Fitri kemarin memang kami tidak pulang ke daerah asal. Walau ada rasa sedih karena tidak bersama keluarga di rumah, tapi juga senang karena kami merayakannya bersama keluarga PMM di Sidoarjo,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Erlis ini.
Baca juga: Komunikasi Saat Idul Fitri: Tak Hanya Silaturahmi Fisik Saja
Walau begitu, orang tua Erlis tetap mendukung anaknya untuk menikmati suasana baru di hari raya, terlebih ini merupakan kali pertamanya ia jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama.
Beberapa kegiatan di hari besar itu mereka lakukan bersama-sama, seperti ngabuburit dan buka puasa bersama, sholat ied, halal bihalal, menyembelih hewan qurban, hingga memasak dan menikmatinya bersama.
Hal serupa juga dirasakan oleh Muhammad Nizal Fadillah dari Universitas Muhammadiyah Makassar. Izal, sapaannya, merayakan Idul Fitri untuk kedua kalinya tanpa keluarga. Sebelumnya, ia merantau untuk bekerja yang membuatnya tidak bisa pulang kampung. Dan sekarang ia tidak bisa pulkam lagi karena mengikuti program PMM. Walau sedih, tapi Izal bisa menahan rasa rindu tersebut bersama teman-teman PMM.
“Apalagi pas lebaran haji kemarin, kami diberi satu ekor kambing dari dosen modul nusantara untuk dikelola sendiri, ada sop konro, sate, dan makanan daerah lainnya yang membuat kami lebih tahu tentang makanan khas daerah di Indonesia. Jadi setelah disembelih di kampus tiga, kami mengolah daging tersebut. Dari pagi hingga malam kami menghabiskan hari raya Idul Adha bersama-sama,” tutur Izal.
Baca juga: 21 Mahasiswa PMM Umsida Lakukan Kontribusi Sosial di SLB Aisyiyah Gedang Porong
Dari momen-momen tersebut, Izal berharap agar mahasiswa PMM yang sebentar lagi berpisah, tetap menjaga komunikasi dan silaturahmi. Terlebih jika ada rekan yang “berhasil” lebih dulu, bisa saling membantu dengan rekan lainnya.
Mahasiswa PMM rela pulkam
Walau kebanyakan dari mahasiswa PMM menetap di Sidoarjo saat perayaan hari besar, namun ada beberapa dari mereka yang rela pulkam ke daerah asalnya untuk merayakan hari besar bersama keluarga. Salah satunya adalah Aina Tajria dari Universitas Mataram, Lombok.
Saat hari raya Idul Fitri, ia harus pulang kampung ke Bima ketika mendekati lebaran hingga seminggu setelahnya karena adat daerah tempat ia tinggal.
“Di daerah saya terdapat adat yang mengharuskan anak muda yang jauh dari keluarga untuk pulang kampung. Kami membuat acara bersama, seperti makan bersama di rumah keluarga tetua saat puasa terakhir dan merayakan lebaran di sana,” ujar Aina.
Walau pulang kampung, Aina sempat merasakan momen awal Ramadan di Sidoarjo. Ia merasakan kehangatan warga Sidoarjo saat menjalankan puasa, seperti selalu diajak untuk beribadah, aktif di kegiatan warga (di dekat kos), bahkan ia menemukan hal baru karena saat bulan Ramadan, di daerahnya tidak ada tadarus bersama.
Aina tak sendirian, ada beberapa mahasiswa PMM yang juga pulang kampung, namun tidak ke daerah asalnya. Mereka berkunjung ke kerabat yang masih berada di wilayah Jawa.
Penulis: Romadhona S.