“ Sepertinya perlu juga nanti siapapun yang dipilih lebih-lebih yang di legislatif, mereka mungkin perlu di-upgrade tentang sejarah Indonesia. Apalagi yang muncul kan juga banyak yang orang-orang terkenal. Jadi ya mungkin pemahaman sejarahnya juga terbatas,” tuturnya.
Terdapat tiga amanat yang harus dipegang oleh seorang pemimpin, yakni amanat nilai, amanat sejarah, dan amanat konstitusi .Karena tugas pemimpin negara itu selalu melekat dengan sistem pemerintahan negara untuk melindungi seluruh tumpah darah dan bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan perdamaian dunia.
“Tapi konstitusi sehebat apapun itu, manusia selalu mencari celah untuk menyiasatinya. Bahkan dalam beberapa hal, orang itu punya sikap menghindar atau mencari jalan yang mudah supaya tidak terkena imperatif konstitusi. Lagi-lagi, kuncinya ada di moral para pemimpin bangsa. Agar kita ini taat konstitusi, juga harus ada kesediaan jiwa kenegarawanan untuk tegak lurus di atas konstitusi, walau prakteknya tidak mudah,” tutur tokoh yang akrab disapa Buya Haedar ini.
Terakhir tentang amanat politik. Ia berpendapat bahwa demokrasi itu meniscayakan “kontrak politik” yang harus jelas. Jika rakyat memilih, mereka harus mengembalikan tanggung jawab, kewajiban, dan seluruh tugasnya untuk rakyat.
“Dalam masyarakat kita yang komunalistik, materialistik, kemudian juga secara politik ya masih buta huruf atau baru beranjak, sedikit susah menuntut social control dan pengawasan dari rakyat. Jangankan rakyat, kekuatan-kekuatan masyarakat saja itu susah,” pungkasnya.
Penulis: Romadhona S.