Umsida.ac.id – Membuka kegiatan Training of Trainers (ToT) fasilitator Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida (PKMU), Direktur Direktorat Al Islam dan Kemuhammadiyahan (DAIK), Drs Muadz MAg memaparkan beberapa hal penting tentang urgensi pendidikan karakter untuk membangun generasi pencerah yang berkeadaban.
Lihat juga: Pentingnya Pendidikan Karakter Islami Bagi Mahasiswa
Diskusi ini ia sampaikan tepat setelah membuka kegiatan ToT pada Sabtu, (23/8/2025) di Graha Umsida.
Pendidikan Karakter sebagai Pondasi Kehidupan
Ia menyebut bahwa kepribadian adalah perbedaan individu berdasarkan ciri-ciri khusus yang dibawa sejak lahir.
Namun, kata Drs Muadz, bahwa karakter bukan sekadar kepribadian, melainkan nilai-nilai dasar yang membangun sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan seseorang.
“Tauhid dan akhlak terhadap diri sendiri harus seimbang. Jangan sampai kita terlalu pelit, atau terlalu dermawan juga tidak baik. Minder dan percaya diri yang berlebihan juga tidak baik. Itu yang akan membentuk karakter kalian,” terang Drs Muadz.
Karakter Islami diwujudkan melalui perilaku yang mencerminkan ajaran Islam, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
Dalam Al Quran surat Asy Syams ayat 8 yang berbunyi:
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ ٨
Artinya:
lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
“Potensi kebaikan dan keburukan itu seimbang. Berbincang tentang karakter, hal ini berkaitan dengan bagaimana perilaku itu diukur mulai dari yang paling baik sampai yang paling buruk,” ujarnya.
Salah satu landasan pembentuk pendidikan karakter adalah Asmaul Husna.
Agar penyampaian materi ini lebih menarik dan interaktif, Drs Muadz mengajak para peserta untuk menyebutkan salah satu nama Asmaul Husna yang kemudian menerjemahkannya tentang keteladanan asmaul husna tersebut.
Dengan metode seperti ini, para peserta lebih bisa berpikir karena materi tak hanya disampaikan berupa pembicaraan saja, tapi juga diskusi dan memberi kesempatan kepada para fasilitator untuk menyampaikan pandangannya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam kesempatan ini, para peserta akan memperdalam tentang tauhid, ibadah, dan akhlak.
Menurutnya, hal tersebut sangat penting lantaran saat sudah banyak sekali hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam terjadi di kehidupan sehari-hari, sebut saja santet, munculnya sekte-sekte, menggunakan ilmu dukun untuk memperoleh sesuatu, hingga munculnya nabi palsu.
Lantas ia menceritakan kejadian saat pelaksanaan PKMU yang masih ditemukan mahasiswa dengan berbagai jenis jimat atau sejenisnya ketika mengikuti kegiatan tersebut.
Alasannya pun bermacam-macam, entah dianggap sebagai pembuang sial, atau untuk melancarkan tes PKMU.
“Oleh karena itu, pada pelaksanaan PKMU besok, mari kita perketat lagi soal pengecekan barang-barang mahasiswa secara tenang dan halus agar tidak menimbulkan kegaduhan,” terang dosen AIK itu.
Pentingnya penanaman karakter Islami juga penting dijadikan landasan lantaran saat ini juga banyak terjadi hal-hal buruk pada individu seperti semakin banyaknya angka bunuh diri, pembunuhan, kekerasan di lingkungan sekolah, hingga provokasi yang muncul karena informasi hoax yang beredar pada saluran, alat, dan narasi.
Apalagi saat ini, kata Drs Muadz, baik mahasiswa maupun orang tua semakin kritis. Ia berpesan agar ketika bertugas para fasilitator tidak mengalami kejadian buruk yang melibatkan orang tua hingga pihak luar.
“Kita perlu mengembangkan branding yang baik agar mendapat kepercayaan baik diri mahasiswa dan orang tua,” turunya.
Pendidikan Karakter dari Perspektif Psikologi
Pendidikan karakter menjadi pilar penting yang harus ditanamkan sejak dini. Hal ini juga tertera dalam pandangan tokoh psikologi Sigmund Freud melalui Psychoanalytic Theory.
Teori tersebut membagi struktur kepribadian manusia dalam tiga bagian, yakni id, ego, dan superego.
“Id sering disebut juga dengan nafsu, sedangkan ego adalah pikiran, dan superego itu adalah nurani,” ungkapnya.
Lantas ia memberikan contoh ketika seseorang menemukan HP di tempat umum. Jika orang tersebut memiliki pikiran untuk mengambil HP itu, maka bagian kepribadian itulah yang disebut dengan id.
Namun menurut ego, ia akan memberikan pertimbangan. Jika orang itu memiliki pikiran untuk mengambil HP-nya, memang hal tersebut akan bermanfaat.
Lalu ketika superego yang bekerja, maka yang terjadi adalah kontradiksi dengan kepribadian ego, yaitu ia akan memikirkan dampak orang yang kehilangan HP tersebut.
Lihat juga: Gelar Seminar Kesehatan Mental, PIK-M Umsida Gali Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak
“Artinya, setiap langkah yang kita ambil dalam melaksanakan tugas nanti sangat diperlukan adanya pertimbangan moral yang seimbang,” tutup Drs Muadz.
Penulis: Romadhona S.