Umsida.ac.id – Lebaran biasanya identik dengan baju baru. Barang tersebut dapat dengan mudah didapatkan hanya bermodalkan ponsel pintar. Tapi hal itu dapat memunculkan modus penipuan baru melalui pembelian barang secara online.
Salah satu kasus ini terjadi pada seorang civitas akademika Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yakni WA, yang menjadi korban penipuan pembelian baju lebaran melalui media sosial Instagram. Dari kasus ini, WA mengalami kerugian sebesar 875.000,-.
Cerita bermula saat WA menemukan salah satu akun Instagram bersponsor dan sangat meyakinkan. Kenapa? Karena ia melihat keaktifan akun tersebut, ditambah juga respon dari si penjual yang juga seperti orang benar.
“Saya itu di tanggal 27 Maret, pingin beli baju sarimbit sekeluarga untuk lebaran. Lalu saya lihat di Instagram itu kayaknya modelnya premium dan bagus. Lalu saya cek Instagramnya juga sudah bersponsor dan menurut saya itu meyakinkan. Saya klik lah link bio itu dan saya tanya apakah toko ini memiliki e-commerce atau tidak. Si penjual mengatakan bahwa toko tersebut hanya memiliki website,” terang WA.
Baca juga: Mengapa Orang Memiliki Second Account? Ini 7 Alasannya
Mengetahui bahwa toko tersebut memiliki website, WA beranggapan bahwa si penjual adalah seorang profesional, ditambah lagi akun Instagram tersebut aktif berinteraksi dengan pembeli yang terlihat dari testimoni dan komentarnya. Di hari yang sama setelah memilih baju tepatnya sekitar satu setengah jam kemudian, WA langsung mentransfer biaya baju tersebut ke rekening yang telah disediakan si penjual.
“Sebenarnya saya sempat mengecek di e-commerce ternyata tidak ada. Jadi saya berpikir bahwa si penjual itu hanya eksklusif di website saja. Menurut saya itu benar-benar barang yang bagus. Saya juga sempat mengecek Instagram banyak menemui model baju tersebut di akun lain, tapi saya berpikir kalau mereka adalah reseller,” jelas WA.
Akun-akun tersebut ternyata memang sengaja dibuat banyak dengan lokasi yang berbeda. Misalnya akun Instagram bernama @arsahcatalog__ (akun yang menipu WA) berlokasi di Yogyakarta. Sedangkan akun lain yang menjual baju serupa berlokasi di daerah lain. Hal itu membuat WA beranggapan bahwa merek tersebut sudah terkenal di berbagai daerah.
Jangan takut untuk menyebarkan kasus penipuan
Selang dua hari tak mendapat respon dari si penjual, WA merasa tak enak hati. Ia mengecek kembali akun Instagram si penjual dan ternyata mereka sudah mengganti nama akun tersebut .
Tak lama setelah itu akibat algoritma Instagram, WA menemukan akun serupa (bersponsor) yang menjual baju lebaran dengan motif yang sama. Berniat iseng, WA menghubungi kontak penjual baju tersebut (sekitar 10 akun Instagram) dan berakhir sama, yakni memblokir nomor WA alias itu memang penipuan.
Baca juga: Meledak Sejak 2019, Apa Konten TikTok Bisa Dijadikan Panutan?
Setelah ia sadar kalau ia ditipu, WA yang awalnya malu dan menyembunyikan firasat buruknya ini bertekad untuk menyebarkan kasus penipuan yang ia alami di Facebook. Tak ayal, ternyata tidak hanya dia saja menjadi korban penipuan baju lebaran melalui Instagram. Seperti di kolom komentar Facebook, ia menemukan korban lain dari Papua.
WA melanjutkan, “Dia bilang kalau dia kena tipu 750.000. Dan setelah itu nomornya diblokir, tak lama ada pihak ekspedisi yang mengatakan bahwa pembeli ini harus membayar bea cukai atau apalah itu sebesar 350.000. Dari kasus ini saya menilai bahwa si penjual baju tersebut bukanlah perorangan, tapi suatu kelompok,”.
Melihat dari banyaknya komentar yang ia dapatkan di Facebook, WA mendapatkan bahwa tahun ini kasus penipuan barang serupa sangatlah banyak. Belum lagi saat ia kembali ke akun Instagram penipu yang sudah direname, WA menemukan banyak komentar kasus penipuan yang tak lama setelah itu komentar tersebut dihapus oleh pemilik akun. Hal ini juga terjadi di akun-akun lain yang serupa.
Sasaran perempuan muslimah
Jika dilihat dari kasus yang menimpa dirinya, WA berprasangka bahwa penipu baju lebaran memang menjadikan perempuan muslimah sebagai sasarannya. Hal ini terlihat dari postingan dan akun Instagram dan Facebook yang dibalut dengan nuansa agamis.
Ditambah lagi, dari komentar yang ia temukan di Facebook (di lapak penjual baju dan postingan WA), banyak ditemukan korban perempuan muslimah.
Langkah yang diambil jika tertipu
WA yang telah mengetahui bahwa dirinya sudah ditipu, langsung melakukan beberapa aksi, diantaranya:
– Akibat dari algoritma Instagram, setiap ada akun Instagram bersponsor yang keluar di beranda terutama penjual baju yang sama seperti yang menipunya, WA langsung memblokir dan melaporkan akun tersebut.
– Menyebarkan kasus penipuan ini di berbagai media sosial. Salah satunya seperti yang telah dijelaskan di atas yakni dengan menyebarkan ke media sosial lai.
– Menghubungi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). WA telah melaporkan penipuan ini ke OJK dan mereka sudah mengecek akun Instagram penipu tersebut. Ternyata, akun tersebut memang tidak terdaftar di data OJK.
– Setelah melaporkan ke OJK, ia disarankan untuk melaporkan penipuan ini ke rekening.id. Seseorang yang sudah ditipu melalui online bisa melakukan pelaporan ke rekening.id agar nomor rekening si pelaku bisa segera diblokir.
– Membuat laporan kepada pihak bank dan kepolisian. Rencananya pada Senin (1/4/2024), WA akan melaporkan kasus penipuannya ini ke pihak berwajib.
Baca juga: Content Marketing, Strategi Pemasaran di Era Digital
Tips sebelum membeli barang secara online
Setelah merasa ditipu, tak ambil pusing WA langsung mengumpulkan data-data yang bisa diajukan untuk laporan, seperti:
– Bukti screenshot akun Instagram sebelum direname dan sesudah direname
– Bukti chat dengan penjual sebelum diblokir
– Bukti chat dengan penjual akun lain yang memiliki barang serupa
Dari sini, WA memberikan beberapa tips bagi orang yang mau membeli baju di media sosial:
– Pilih akun yang sudah kredibel. Misal akun yang sudah terkenal atau sudah mengetahui kualitas produk tersebut dari orang terdekat
– Pilih penjual yang sudah memiliki identitas jelas dan tersebar tak hanya di media sosial saja, tapi juga di e-commerce
– Jika memang memiliki waktu lebih banyak dan ragu dengan produk yang ada di media online, sebaiknya membeli baju di toko offline saja
“Saya yakin pelaku penipuan ini bukan sembarangan. Pasti mereka sudah memiliki ilmu tersendiri untuk melakukan aksi yang dilakukan secara berkelompok. Sampai membuat calon pembeli yakin akan produk mereka,” ujar WA.
Walau awalnya ia sempat gregetan dan kesal karena telah ditipu, WA merasa legowo dan menerima bahwa hal itu memang sudah jalan-Nya. Tapi dengan ikhtiarnya ini, WA berharap agar penipuan seperti ini tidak akan terulang pada orang lain. Dan ia yakin bahwa kerugian yang telah dialami akan diganti dengan rezeki yang lain tak melulu berupa uang.
Dan WA juga tidak kapok untuk membeli barang secara online. Namun dengan lebih teliti dalam memilih dan memilah barang.
Penulis: Romadhona S.