Umsida.ac.id – Poppy Febriana SSOS MMED KOM sampaikan materi New Media and The Rise of Social Media dalam kegiatan Diskusi Publik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) via online Zoom Meeting bertema “Sosial Dilema: Masa Depan Ruang Publik Di Era Digital”.
Mengingat keberadaan sosial media di tengah masyarakat, Ia menjelaskan perkembangan dan kompleksnya sosial media yang kita konsumsi sehari-hari menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi. Aksesibilitas akan sosial media memengaruhi berbagai hal. Sosial media menjadikan penggunanya mudah mendapatkan koneksi dan ketenaran instan melalui likes dan comments. Kemudian, kenyataan bahwa saat ini orang menggunakan sosial media hanya untuk mencari apa yang dipercayai. “Kita menghadapi tantangan bagaimana orang tidak mencari kebenaran, namun pembenaran,” ungkapnya.
Sistem algoritma pada sosial media juga telah mengeksploitasi data dan informasi pribadi penggunanya. Melalui Cyber Psychogy, sosial media membaca berbagai pengalaman untuk membuat penggunanya merasa nyaman dalam menggunakannya. Tidak peduli jika itu harus melanggar Human Rights. “Bahwa sebetulnya, di balik fitur yang mereka berikan, mereka menggali sedalam mungkin informasi kita. Mine, Manipulate, Extract Human Experience. Hal ini menimbulkan istilah baru yang dikenal dengan Fear of Missing Out (FOMO). Jadi yang ada adalah fenomena takut kalau sampai ketinggalan informasi. Sehingga kita tidak bisa melepaskan HP dari tangan kita dan takut terlambat dalam merespon,” jelasnya pada umsida.ac.id, Senin (25/01).
Menurut Poppy, sosial media dibuat untuk meningkatkan atensi penggunanya terhadap aplikasi-aplikasi yang mereka ciptakan. Ia mencontohkan bagaimana Netflix, Youtube, Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain sebagainya berkompetisi untuk mendapatkan perhatian penggunanya.
Di akhir sesinya, Ia menyampaikan bahwa yang diperlukan saat ini adalah menumbuhkan minat Digital Literacy untuk memahami teknologi yang dikembangkan, aksi sosial, dan cara berpikir kita sebagai pengguna sosial media. “Digital Literacy sangat kompleks, sehingga kita tidak hanya menggunakan saja, tapi kita menciptakan dan memahami apa yang ada di balik layar. Kita bisa menggunakan juga mengakses dengan bijak.” lebih lanjut, Ia berpesan agar dalam menggunakan sosial media perlu adanya kendali akan diri sendiri untuk membatasi penggunaan sosial media. ” Yang salah adalah apabila kita menjadi budak sosial media,” pungkasnya.
ditulis : shinta amalia ferdaus
edit : Asita Slasabila