prostitusi online

Prostitusi Online, Apa Karena Budaya Barat? Ini Kata Studi

Umsida.ac.id – Teknologi yang semakin maju membuat informasi lebih mudah didapat. Bahkan, saat ini manusia bisa mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Memang bagus, tapi hal itu juga menimbulkan dampak negatif yang berbahaya, prostitusi online.

Dalam riset salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Ferry Adhi Dharma M IKom, membahas tentang penyebab maraknya prostitusi online di kalangan milenial. Media sosial yang kebanyakan dikendalikan oleh orang dengan usia produktif, membuat mereka bisa melakukan tindakan di luar norma masyarakat.

Lihat juga: Perlindungan Perempuan Korban Pelecehan Seksual Belum Maksimal, Menurut Riset Dosen Umsida

Hal ini menjadi tantangan serius bagi setiap negara akibat praktik prostitusi yang melibatkan remaja dan anak-anak.

Saat ini, prostitusi online tidak hanya menjadi kejahatan online, tetapi juga menjadi tren bisnis yang menguntungkan. Berbagai aplikasi di media sosial seperti Facebook, Instagram, Line, We Chat, Tinder, Web Cam, Telegram, dan media sosial lainnya pun tak luput dari modus kejahatan tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam prostitusi online dapat bertukar pornografi tanpa harus bertemu dan tertular penyakit seperti HIV dan penyakit lainnya.

Lalu, mengapa prostitusi online bisa terjadi? Apa karena budaya barat?
prostitusi online
Ilustrasi: Unsplash

Dari riset ini, didapatkan bahwa banyak remaja yang pernah menjalin hubungan berupa Friend With Benefit (FWB). Gaya hidup ini datang dari negara barat yang memiliki budaya seks melalui media sosial. FWB membuat pasangan bebas memilih untuk melakukan hubungan dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang sudah memiliki pasangan. Gaya hidup inilah yang memunculkan prostitusi online.

Dalam prostitusi online, dimana pelaku bebas menentukan layanan apa yang diberikan tanpa harus menjadi korban perdagangan manusia, meski ada juga mucikari yang memperluas dari offline menggunakan media sosial. 

Dalam penelitian ini pelaku prostitusi online dibagi menjadi 2, yaitu pekerja seks pelajar dan pekerja seks non pelajar. Keduanya mempunyai ciri yang berbeda, motif yang berbeda, dan model prostitusi yang berbeda. 

Alasan mereka terlibat dalam prostitusi online menurut riset:

1. Trauma masa lalu

Menurut riset ini, orang cenderung terjun ke dunia prostitusi karena trauma masa lalu. Seperti beberapa kali berhubungan seks dengan pasangannya, namun dikecewakan.

2. Perhatian keluarga

Ditemukan juga para pelaku prostitusi yang berasal dari keluarga kaya. Namun mereka tidak mendapat kasih sayang. Mereka hanya ingin mencari pelampiasan dan bersenang-senang. 

Lihat juga: Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja: Media Tak Seberpengaruh Teman Sebaya

Misalnya, ingin mendapatkan teman yang bisa mendengarkan dan memperhatikan, hingga akhirnya merasa nyaman bertemu dengan sekelompok pekerja seks.

3. Ekonomi

Ditemui pula berdasar riset ini bahwa ada pelaku yang  prostitusi online sebenarnya bukan pilihan utama. Namun karena harus menjadi orang tua tunggal di masa pandemi Covid 19, pilihannya menjadi rasional.  

4. Teknologi

Perkembangan teknologi yang menyebabkan pergeseran fungsi membuat penggunanya mudah untuk melakukan hal yang melanggar norma. Mereka bisa dengan mudah memesan jasa penyedia seks melalui ponsel pintar saja.

5. Pergeseran budaya

Budaya yang telah terasimilasi dengan gaya kebarat-baratan membuat generasi milenial atau usia produktif sulit untuk memilah dampak luasnya penyebaran informasi. 

Mereka kehilangan identitas budaya dengan nilai-nilai kearifan lokalnya akibat terpaan budaya populer melalui iklan, film, lagu, dan hiburan populer lainnya. Mereka membeli gaya hidup, bukan kebutuhan hidup.

prostitusi online
Ilustrasi: Pexels

6. Gaya hidup

Faktor ekonomi akibat pengaruh gaya hidup juga kuat di kalangan pekerja seks online. Misalnya, pelaku yang masih duduk di bangku kuliah mengaku bahwa ia pertama kali masuk sebagai pekerja seks karena malu dengan atribut yang digunakan semasa kuliah. 

Lalu ia memutuskan untuk ikut melakukan prostitusi online karena penghasilan yang menggiurkan hingga ia bisa menyamai standar fashion di kampusnya.

Maraknya prostitusi online di era milenial didominasi oleh tujuan gaya hidup agar nantinya bisa mengikuti budaya populer yang semakin berkembang, terutama dalam hal fashion yaitu bisa membeli barang-barang mahal.

Gaya hidup menjadi motif dominan. Praktisi seks usia milenial menuntut diri untuk selalu mengikuti tren fesyen dan hiburan terkini. Mereka terjebak dengan model sosial modern.

Para pekerja seks online mengadaptasi dua gaya hidup. Pertama, mereka mengikuti tren dan menawarkan layanan seksual untuk menutupi biaya hidup. Kedua, mereka terlibat dalam perilaku tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan narkoba.

Lihat juga: Apa Masyarakat Masih Ketergantungan Media Sosial Walau Pandemi Usai?

Meskipun begitu, para pelaku menganggap prostitusi online lebih baik daripada tren FWB dan sewa pacar yang ada di Indonesia. Di situ mereka dapat memberikan layanan seksual langsung yang juga menghasilkan keuntungan materi.

Jadi, memang terjadinya prostitusi online bisa disebabkan oleh gaya hidup dan budaya barat. Tapi, ada faktor lain yang membuat mereka terjun ke dunia gelap tersebut, seperti tuntutan ekonomi, pelampiasan, hingga trauma.

Sumber: Ferry Adhi Dharma M IKom

Penulis: Romadhona S.

Berita Terkini

dosen Umsida dan atlet sepatu roda 3
Dukung Semangat dan Performa Atlet Sepatu Roda, Dosen Umsida Gelar Skrining dan Sharing Session
January 11, 2025By
kerja sama UBS PPNI Mojokerto dan Umsida 1
Kerja Sama Akademik Umsida dan UBS Mojokerto Tingkatkan Mutu Kebidanan
January 9, 2025By
AUM Harus Berdaya Saing: Rektor Umsida Serukan Transformasi SDM
AUM Harus Berdaya Saing: Rektor Umsida Serukan Transformasi SDM
December 26, 2024By
KKN-P 2025 Umsida
975 Mahasiswa KKN-P Umsida Siapkan Diri untuk Mengabdi
December 24, 2024By
Si Lokananta 2024, peringatan hari ibu
Momen Haru Ratusan Anak Peringati Hari Ibu dalam Event Si Lokananta
December 23, 2024By
Comm Night Run
Perdana Digelar, Comm Night Run Diikuti Lebih dari 300 Peserta dari Berbagai Daerah
December 23, 2024By
rektor Umsida saat penguatan visi misi PPI AMF
Pesan Rektor Umsida untuk PPI AMF dalam Mewujudkan Pesantren Berkemajuan
December 21, 2024By
commsport 2024
Commsport 2024, 30 Tim Futsal Sekolah se-Jatim Meriahkan Event Tahunan Ikom Umsida
December 21, 2024By

Riset & Inovasi

abdimas literasi keuangan Islam
Dosen Umsida Edukasi Literasi Keuangan Islam, Putus Kebiasaan Pinjol
January 15, 2025By
Demi Ketahanan Pangan, Ini Inovasi Bertani Kreatif ala Dosen Umsida
Demi Ketahanan Pangan Berkelanjutan, Ini Inovasi Bertani Kreatif ala Dosen Umsida
January 5, 2025By
Empowering Womenpreneur: Umsida Dorong Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Rusunawa Pucang
Empowering Womenpreneur: Umsida Dorong Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Rusunawa Pucang
January 4, 2025By
Interactive Books, Mampu Dorong Komunikasi dan Kolaborasi Siswa
Interactive Books, Mampu Dorong Komunikasi dan Kolaborasi Siswa
September 16, 2024By
ekonomi sirkular
Dosen Umsida Beri Pelatihan Penerapan Manajemen Usaha Berbasis Ekonomi Sirkular pada Proses Produksi Pangan Halal
September 14, 2024By

Prestasi

Prof Sri, guru besar manajemen 3
Perjuangan Prof Sriyono Menuju Guru Besar di Bidang Manajemen Umsida
January 14, 2025By
Duta FPIP Umsida, Berprestasi dan Menginspirasi
Duta FPIP Umsida, Berprestasi dan Menginspirasi
January 13, 2025By
pojok statistik Umsida
Pojok Statistik Umsida Jadi Layanan Kinerja Tinggi 2024 dengan Skor 2,83 dari 3
January 9, 2025By
Unstoppable! Tapak Suci Umsida Torehkan Sejarah di UPSCC 2024
Unstoppable! Tapak Suci Umsida Torehkan Sejarah di UPSCC 2024
January 3, 2025By
Gelar Doktor dengan Fokus Halal Lifestyle
Lulus Cum Laude, Dosen Umsida Raih Gelar Doktor dengan Fokus Halal Lifestyle
December 30, 2024By