Umsida.ac.id – Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PIK-M Umsida) mengadakan kegiatan Penyuluhan Edukasi Sebaya dengan tema “Gen Z Nggak Cuma Overthinking: Mereka Butuh Didengar, Bukan Diatur” di SMA Muhammadiyah 4 Porong pada Selasa, (29/7/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental di kalangan remaja, sekaligus membangun ruang aman untuk saling mendengar dan memahami satu sama lain. Para siswa-siswi kelas 10 dan 11 sangat antusias mengikuti penyuluhan ini.
Lihat juga: Mahasiswa Bunuh Diri Akibat Perundungan, Dosen Umsida: Kuatkan Peran Kampus
Acara dimulai pukul 07.30 WIB dengan sambutan dari Pembina UKM PIK-M Umsida, Nurfi Laili MPsi Psikolog.
Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa peran generasi muda sangat penting dalam membentuk lingkungan yang sehat secara emosional.
Menurutnya, Generasi Z saat ini tumbuh di tengah arus informasi yang deras, tekanan sosial yang kompleks, serta ekspektasi yang tidak selalu selaras dengan kondisi emosional mereka.
“Remaja hari ini sangat membutuhkan ruang untuk didengar, bukan untuk terus dikritik. Baik orang dewasa maupun teman sebaya harus mampu hadir sebagai pendengar yang tulus dan suportif,” ungkapnya.
Tingkatkan Kesadaran Kesehatan Mental di Kalangan Remaja
Materi utama disampaikan oleh narasumber Gisyeilla Dara Karindra R SPsi CH, yang mengajak siswa-siswi untuk lebih memahami kondisi emosional diri serta tantangan sosial yang dihadapi generasi saat ini.
Dalam suasana penyuluhan yang interaktif dan terbuka, Gisyeilla mengangkat isu tekanan akademik, pengaruh media sosial, dan kurangnya ruang aman untuk berekspresi sebagai persoalan nyata yang sering dihadapi remaja masa kini.
Salah satu hal yang disorot adalah stigma terhadap laki-laki yang dianggap harus selalu kuat dan tidak menunjukkan emosi.
Gisyeilla menyampaikan bahwa laki-laki pun berhak merasa lelah, sedih, dan menangis.
“Laki-laki sering kali terbiasa menyimpan masalah sendiri dan tidak menunjukkan kesedihannya,” tegasnya.
Tapi sebenarnya, imbuh Gisyeilla, tidak mengapa laki-laki untuk menangis, entah setelah salat, saat sedang sendiri di kamar, atau di waktu-waktu tenang lainnya.
“Menangis tidak membuat seseorang lemah,” tandasnya.
Sesi tanya jawab menjadi salah satu momen yang paling membekas dalam kegiatan ini. Siswa-siswi menunjukkan antusiasme dan keberanian untuk bertanya secara terbuka.
Mereka banyak bertanya tentang bagaimana memahami diri sendiri lebih mendalam dan cara mengatasi trauma masa lalu.
Semua pertanyaan tersebut ditanggapi oleh pemateri yang menjelaskan bahwa memahami diri sendiri dan menghadapi luka masa lalu membutuhkan proses yang sabar dan konsisten.
Ia juga menekankan pentingnya berbicara dengan orang yang dipercaya dan mencari bantuan profesional bila diperlukan, tanpa merasa lemah atau malu.
Komitmen PIK-M Umsida dalam Mendukung Kesehatan Mental Remaja
Ketua Umum PIK-M Umsida, Umy Aulia Hanifah, juga mengingatkan akan pentingnya kesadaran akan kesehatan mental di kalangan pelajar.
“Kami ingin siswa-siswi menyadari bahwa mereka tidak sendirian. Apa yang mereka rasakan adalah sesuatu yang bermakna dan layak untuk dibicarakan tanpa takut akan penilaian,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momen penting untuk menegaskan bahwa kesehatan mental remaja perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
“Kami berharap siswa-siswi lebih berani membuka diri dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah,” tutur Umy.
Lihat juga: Edukasi Tentang Menabung dan Anti Bullying, KKNP 55 Umsida Buat Program Interaktif
Menurunnya, PIK-M Umsida berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan serupa di sekolah-sekolah lainnya sebagai wujud nyata kontribusi mahasiswa dalam mendukung kesehatan mental di lingkungan masyarakat.
Penulis: Putri Elmira Salsabilah
Penyunting: Romadhona S.