Gus Pur (1): Bentang Pengetahuan Yunani Kuno Hingga Kritik Pengetahuan Muslim dan Indonesia

Kritik Keras: Sastra Mesin dan Filsafat Elektro

Setelah memaparkan tentang ulama di masa lalu, Prof Agus Pruwanto mengajak untuk kembali ke masa sekarang dimana fenomena kelemahan kaum Muslim sangat nampak dengan hadirnya pandemi Covid-19. Pada masa sekarang, mengacu pada fenomena covid-19 yang belum sepeuhnya hilang.

“Begitu ada covid kita bicara vaksin. Ada vaksin Sinovac, Astrazeneca,  Pfizer, Moderna, Gamaleya, dsb. Reaksi pertama kita adalah halal atau tidak. Itu perdebatan kita. Bagus itu adalah tanda ulamanya sadar,” ujar Prof Agus Purwanto. “.

“Tapi jauh lebih bagus lagi adalah kapan kita bisa bikin vaksin itu sendiri. Itu jauh lebih baik daripada kita diskusi halal dan haram. Karana kalau kita bikin vaksinnya kita bikin dari bahan yang halal,” ungkapnya menegaskan.

Hal itu adalah terkait fenomena vaksin. Namun juga ada fenomena yang cukup memprihatinkan lainnya, yakni banyaknya Kyai yang meninggal dunia akibat ketidaktahuannya atau tidakmautahuannya tentang pandemi Covid-19.

“Ada yang perliaku dan pikirannya anti pengetahuan. Akibatnya ada 500an Ustadz dan Kyai wafat karena covid,” ungkap Prof Agus Purwanto didukung dengan data yang ditampilkan oleh Google.

Argumentasi yang dikembangkan sebagian besar pemuka keagamaan adalah tentang lebih utamanya untuk takut kepada Allah daripada Covid-19.

“Kok kamu takut pada covid, tidak pada Allah? Ini akibatnya banyak yang jadi korban. Karena nalarnya tidak logis. Ini fakta. Bahwa beliau-beliau itu tidak sakti di depan korona. Karena itu basisnya harus data,” ujarnya.

Selain fenomena pandemi tersebut, Prof Agus Purwanto juga memaparkan fenomena tentang ketidakmampuan bangsa Indonesia untuk memproduksi kendaraan sendiri dan kaitannya dengan dunia pendidikan

“Cenderung anti sains, tidak suka matematika, IPA, literasi sains lemah. Tingkat perguruan tinggi kita di ASEAN pun kampus UI di peringkat 9,” ungkapnya. “Apalagi kalau kita melihat makhluk makhluk yang bikin jalanan macet, yakni sepeda motor. Dari data tahun 2005 hingga 2019 sebelum pandemi tedapat 95 juta unit motor terjual di indonseia dan merknya Honda, Yamaha, Suzki, Kawasaki, semua ini produk Jepang,” tambahnya.

Pertanyaan lanjutan dari fenomena tersebut adalah, “Lalu para insinyaur lulusan ITB, ITS, UI itu ngapain?,” tuturnya.  “Kok motornya buatan insinyur Jepang?,” lanjutnya.

Secara lebih menohok, Prof Agus Purwanto menyampaikan kritik terhadap berbagai bidang keilmuan di Indonesia yang dinilainya mandul.

“Kalau kita tidak bisa bikin motor sendiri Teknik Mesin diubah jadi Satra Mesin saja,” ungkapnya. “Waktu saya cermah di hadapan rekor ITB sebelum covid tahun 2019, saya usul Teknik elektiro diganti filsafat elektro. Jadi biar dongeng terus,” ujarnya dengan gemas.

Hal tersebut adalah data yang ada dihadapan Pendidikan kita. “Para Insinyur kita bisa apa? Mobil cap jeruk (maian mobil dari kulit jeruk Bali, Red). Kalau begini kenapa sekolah jauh-jauh. Ini kritik. Supaya PTM juga segara sadar,” tuturnya.

Fenomena lainnya yang tidak kalah mengenaskan di dunia Islam adalah terkait ketidakmampuan negeri-negeri mayoritas Muslim untuk mencetak ilmuwan baru.

“Belum lagi, Ilmwuwan-lmuwan pemenang nobel. Abdul Salam dari Pakistan, Zuwail dari mesir. Sankar dari Turki. Maryam Mirzakani dari Iran yang mereka menggeluti ilmu fisika, kimia, matematik. Tetapi para ilmuwan ini setelah lulus S2 dari negaranya lanjut ke amerika, kecuali Salam di Inggris. Mereka tidak pulang atau kembali lagi ke tanah arinya. Hingga mereka wafat tinggal di negeri orang. Ada apa di dunia Islam sehingga tidak memungkinkan melahrkan ilmuwan-ilmuwan kelas dunia?,” tanyanya dengan nada kritis.

Di tanah air, Prof Agus Purwanto mencontohkan dirinya sendiri. “Misalnya saya, saya doktor lulusan fisikatori dari Jepang, saya pulang tahun 2002. Terus pulang saya jadi anggota Majelis Tarjih. Yang diurus masalah falaq dan hisab. Ngintip bulan. Padahal urusan falak itu tidak perlu lulusan doktor. Anak-anak yang pinter matemtika di-training urusan falak sudah jago, kok,” tandasnya.

Dampak dari fenomena tersbut, Prof Agus Purwanto menjelaskan bahwa kaum Muslim hanya bisa berada di bawah panggung. “Akhirnya kita berada di panggung ilmu pengetahun sebagai penonton. Untuk itu kita harus kembali melihat kesempurnaan Islam,” tuturnya.

“Kesempurnaan itu saya gambarkan dalam trilogi Tuhan, manusia dan alam. Sayangnya umat islam hanya fokus pada persoalan agama, halal, haram, syubhat, seperti vaksin itu yang fokus membuat itu adalah Barat dan folowernya China, Jepang dan Kroea,” ungkapnya.

Faktnya, Prof Agus mengungkapkan, padahal di dalam alquran teradpat 800 ayat tentang alam. Ayat alam ini bahkan 5 kali lebih banyak dari ayat tetang fikih. “Mestinya lebih intensif melahirkan ilmuwan alam, sains, teknik, medis dan agriculture, ini harus dapat perhatian lebih ke depan,” jelasnya. (*)

 

Penulis/Editor: Kumara Adji Kusuma

 

Berita Terkini

PLP Umsida di NTT
Mahasiswa PLP 1 Umsida Gunakan Media Belajar Quiziz untuk Siswa di Pelosok Timur
May 14, 2025By
Kebijakan Prof Mu'ti untuk guru
Hadir di Umsida, Prof Mu’ti Jelaskan 5 Kebijakannya untuk Meningkatkan Kualitas Guru
May 10, 2025By
program studi baru Umsida3
Mendikdasmen Luncurkan 2 Program Studi Baru Umsida, Siap Bantu Pemerintah dalam Mencerdaskan Bangsa
May 10, 2025By
KWU Fest 2025_
KWU Fest 2025, Bentuk Generasi Wirausaha Tangguh di Era Industri 4.0
May 4, 2025By
halbil PWM Jawa Timur 2
Jadi Tuan Rumah Halalbihalal PWM Jawa Timur, Umsida Luncurkan UCS
April 26, 2025By
Dr Alfan lulusa S3 cum laude
Dr Alfan Selesaikan Studi S3 dengan Predikat Cum Laude di Tengah Tugas Struktural
April 24, 2025By
Fakultas Kedokteran UMMAT dan Umsida
Fakultas Kedokteran Lahir Beriringan, UMMAT Berkunjung ke Umsida
April 23, 2025By
strategi branding lembaga oleh Umsida
Kasi Branding Umsida Beri Tips Branding Lembaga Pendidikan di Era Digital
April 23, 2025By

Riset & Inovasi

Lupa Kata Saat Pidato Bahasa Inggris? Dosen Umsida Kini Punya Strategi Circumlocution
Lupa Kata Saat Pidato Bahasa Inggris? Dosen Umsida Kini Punya Strategi Circumlocution
May 9, 2025By
SAMR Jadi Andalan Umsida Cetak Guru Milenial yang Siap Hadapi Dunia Pendidikan Digital
SAMR Jadi Andalan Umsida Cetak Guru Milenial yang Siap Hadapi Dunia Pendidikan Digital
May 2, 2025By
Kanker Serviks Bisa Dicegah Lebih Dini, Jangan Abaikan!
Kanker Serviks Bisa Dicegah Lebih Dini, Jangan Abaikan!
April 19, 2025By
Trichoderma, Penyelamat Tembakau dari Serangan Layu Bakteri
Trichoderma, Penyelamat Tembakau dari Serangan Layu Bakteri
April 16, 2025By
Tennis Elbow Bukan Lagi Momok, Fikes Umsida Punya Solusinya!
Tennis Elbow Bukan Lagi Momok, Fikes Umsida Punya Solusinya!
April 14, 2025By

Prestasi

juara 3 Pilmapres 2025 2
Jadi Juara 3 Pilmapres PTMA, Mahasiswa Umsida Siap Lanjut ke Tingkat LLDIKTI
March 27, 2025By
Al-Qur’an Menuntunku, Anang Ma’rup Menang MHQ Asia Tenggara dan Raih Tiket ke Baitullah
Al-Qur’an Menuntunku, Anang Ma’rup Menang MHQ Asia Tenggara dan Raih Tiket ke Baitullah
March 25, 2025By
Umsida Bersinar! Cinthya Lorenza Juara 2 Taekwondo Bela Negara Cup
Umsida Bersinar! Cinthya Putri Lorenza Juara 2 Taekwondo Bela Negara Cup
March 20, 2025By
ASEAN Competition di Sabet Mahasiswa Umsida
Prestasi Gemilang! Aprilia Ayu Harumkan Umsida ke Panggung Internasional AEF 2025
March 10, 2025By
Scholarship Mastery! Alumni Umsida Sukses Gaet Dua Beasiswa dan Lanjut S3
Scholarship Mastery! Alumni Umsida Sukses Gaet Dua Beasiswa dan Lanjut S3
March 6, 2025By