AI di tangan gen Z

Prof Stella Christie Sebut Konsekuensi AI, Dosen Umsida: Brutal Kalau di Tangan Gen Z

Umsida.ac.id – Prof Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia beberapa waktu lalu menjelaskan tentang dampak penggunaan Artificial Intelligence (AI) kepada para pelajar.

Lihat juga: Teknologi Jadi Nafas Gen Z, Tonggak Penentu Indonesia Maju

Memang, pelajar zaman sekarang sudah tak asing dengan teknologi AI. Bahkan hampir semua kegiatan pembelajaran bisa mereka akses atau mereka kerjakan menggunakan kecerdasan buatan. 

Namun, Prof Stella ketika berkunjung ke SMA Unggul Del, kabupaten Toba, mengatakan bahwa penggunaan kecerdasan buatan jika tidak dibarengi dengan rasa bijak dan etika, maka bisa berdampak buruk bagi belajar.

Memangnya, se-dampak itukah penggunaan kecerdasan buatan bagi pelajar khususnya mahasiswa dalam aktivitas perkuliahannya?  Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Nur Maghfirah Aesthetika MMedKom, turut menanggapi masifnya penggunaan kecerdasan buatan di kalangan  mahasiswa.

AI Jadi Kunci Informasi Bagi Gen Z
AI di tangan gen Z (Unsplash 2)
Ilustrasi: Unsplash

“AI itu memang berdampak besar jika yang mengoperasikan adalah Gen Z. Mereka sangat brutal dalam mengoperasikannya. Hampir di semua aktivitas mereka mengandalkan kecerdasan buatan untuk kunci utama mengakses informasi,” ujar Fira, sapaan akrabnya.

Dan bahayanya saat ini, kata Fira, mereka sudah menormalisasikan hal itu. Menurut generasi muda, menggunakan kecerdasan buatan tidak ada salahnya. Padahal mereka tidak tahu bahwa di dalamnya ada banyak hal yang menyebabkan dampak negatif.

Misalnya ChatGPT yang mencantumkan keterangan bahwa tak semua informasi yang diberikan itu benar, tapi tetap saja, itu dijadikan sumber utama bagi mereka. Banyak Gen Z yang berdalih bahwa adanya kecerdasan buatan memang ditujukan untuk membantu meringankan pekerjaan.

Karena mereka tumbuh beriringan dengan perkembangan teknologi, jadi mereka tidak merasa keberadaan AI adalah hal yang sah-sah saja. Mereka tidak paham jika penyalahgunaan AI bisa mengumpulkan otak.

Tetap Tak Bisa Beri Informasi yang Rinci

Bagi generasi seperti dosen, imbuhnya, penggunaan kecerdasan buatan hanya digunakan untuk pemantik saja karena informasi yang digali masih terbatas. Untuk selebihnya tetap harus mencari referensi secara mandiri, entah dari buku ataupun jurnal terdahulu.

“Misalnya ketika saya mengerjakan disertasi, AI tak cukup membantu dalam menggali informasi. Mereka hanya bisa memberikan informasi dasar seperti menyimpulkan, bukan hingga ke akar permasalahan,” ujar kaprodi Ilmu Komunikasi itu.

Dengan memanfaatkan AI, Fira merasa lebih hemat waktu daripada ia harus mencari informasi dengan membaca. Setelah menemukan ringkasan itu, baru ia menemukan informasi lebih lanjut di buku.

Lihat Juga :  96 Tahun Sumpah Pemuda, Pakar Umsida Jelaskan Peran Pemuda Masa Kini
Konsekuensi Gen Z
AI di tangan gen Z (Pexels)
Ilustrasi: Pexels

Dengan tegas Fira mengatakan bahwa Gen Z yang terlanjur kecanduan AI, nalar berpikirnya tidak berjalan, mereka tidak punya kerangka berpikir dan mengharapkan semuanya secara instan.

Menurutnya, saat ini banyak sekali mahasiswa yang sudah berada di fase ini. 

“Anak sekarang, jangan karya tulis ilmiah, hanya sekedar pendahuluan proposal saja mereka hanya menyertakan satu paragraf. Mereka tidak memiliki kerangka berpikir,”

Akibat dari kebiasaan yang serba instan itulah, Gen Z terutama mahasiswa dianggap kurang kompeten saat sudah terjun ke dunia kerja, mereka tidak memiliki daya saing yang bagus, mereka juga tidak memiliki effort.

Sebagai generasi yang berpatokan pada media sosial, para lulusan di era sekarang sudah memiliki mindset bahwa dunia kerja itu seperti apa yang disajikan di media sosial. Namun ketika mereka mencobanya sendiri, mereka baru merasakan realitanya.

“Lalu mereka dengan mudahnya melepas pekerjaan itu dengan dalih bisa mencari lagi. Hal itu berbeda dengan generasi sebelumnya yang mau belajar hal baru dan konsisten agar lebih paham,” katanya.

Dari kondisi inilah yang menjadi PR bagi universitas yang merupakan lembaga pendidikan tentang cara membentuk mahasiswa supaya benar-benar siap terjun di dunia kerja.  

Dosen yang memiliki bidang kepakaran media sosial itu berkata, “Karena tidak semua aktivitas bisa dikerjakan dengan AI.  masih ada pekerjaan yang harus dilakukan secara person to person,”.

Mengajar Mahasiswa Zaman Sekarang Lebih Menantang

Menurut Fira,mengajar mahasiswa saat ini lebih susah daripada mahasiswa sebelumnya.  Dulu pengajar hanya memberikan materi yang akan dipelajari.

“Tapi pengajar zaman sekarang harus menjelaskan hingga metodenya dan kira-kira cara apa yang bisa mengetes bahwa anak tersebut benar-benar paham dengan materinya,” jelas Fira.

Effort pengajar saat ini, imbuhnya, harus mengetahui karakter orang yang akan diberi ilmu. Dan pelajar saat ini, tidak bisa diberikan materi dalam bentuk ceramah, presentasi, diuji dengan lisan maupun tulis.

Berkaca dari metode kuliah yang ia terapkan, Fira berpendapat bahwa mahasiswa saat ini lebih bisa menyerap materi kuliah jika dilibatkan secara aktif. Oleh karena itu, metode Project Based Learning lebih cocok untuk mereka.

Lihat juga: Benarkan Gen Z Sulit Mengatur Keuangan?

“Jadi mereka harus mengetahui kondisi lapangan terlebih dahulu, baru bisa disambung dengan teori. Hal ini terbalik dengan metode kuliah terdahulu, mahasiswa mendapat teori terlebih dahulu kemudian praktek,” pungkasnya.

Penulis: Romadhona S.

Berita Terkini

Dr Imam Fauji berpulang
Dr Imam Fauji Berpulang, Duka Mendalam Keluarga Besar Umsida
June 23, 2025By
KWU Umsida kembangkan wirausaha muda 4
Kembangkan Mahasiswa Jadi Wirausaha Muda, UKM KWU Umsida Gelar GROWPRENEUR
June 23, 2025By
peran pustakawan dalam perpustakaan 4
Kepala Perpustakaan Umsida Tekankan Peran Penting Pustakawan sebagai Mitra Riset Akademik
June 21, 2025By
quarter life crisis PKMU 25 4
Bahas Quarter Life Crisis, Puncak PKMU 2025 Hadirkan 2 Narasumber Ini
June 19, 2025By
Al Islam dan Kemuhammadiyahan_11zon
Puncak PKMU 2025: Al Islam dan Kemuhammadiyahan Tetap Harus Diterapkan Walau PKMU Usai
June 18, 2025By
SILASMA 2025
Jadi Tuan Rumah Munas dan SILASMA 2025, Umsida Perkuat Kolaborasi Perpustakaan Muhammadiyah Asyiyah
June 17, 2025By
Halal Center Umsida Dampingi Perusahaan Kosmetik 2
Halal Center Umsida Dampingi Sertifikasi Halal Produk Kosmetik, Telisik Kehalalan Bahan Impor
June 16, 2025By
Dakwah Terpadu di Desa Tarik 4
Sudah Berjalan 20 Tahunan, PCM dan Lurah Desa Tarik Harap Kerja Sama dengan Umsida Terus Terwariskan
June 9, 2025By

Riset & Inovasi

pemeriksaan gigi 1
Gelar Pemeriksaan Gigi Bumil, FKG Umsida Edukasi 22 Ibu untuk Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut
June 24, 2025By
tanaman pionir Lumpur Sidoarjo 3
Peneliti Umsida Manfaatkan Tanaman Pionir Sebagai Agen Fitoekstraksi di Lumpur Sidoarjo
June 12, 2025By
FKG Umsida aktif di abdimas 1
Peran Aktif FKG Umsida Kepada Para Lansia, Edukasi Kesehatan Gigi di Usia Senja
June 12, 2025By
potensi Lumpur Sidoarjo 2
Temukan Potensi di Lumpur Sidoarjo, Peneliti Umsida Kolaborasi dengan PPLS
June 11, 2025By
Good Posture Jadi Fokus Fikes Umsida dalam Edukasi Pelajar SMA
Good Posture Jadi Fokus Fikes Umsida dalam Edukasi Pelajar SMA
June 3, 2025By

Prestasi

PTMA Mitra RisetMu Terbaik IV
Jadi PTMA Mitra RisetMu Terbaik IV, Umsida Buat Roadmap Sesuaikan Kampus Berdampak
June 23, 2025By
Umsida jadi lembaga program koding
Umsida Jadi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Program Koding dan KA
June 21, 2025By
konferensi internasional PBI Umsida
Mahasiswa PBI Umsida Raih Most Innovative Research di Konferensi Internasional
June 20, 2025By
Perpustakaan Umsida SILASMA 2025 1
Perpustakaan Umsida Raih Excellent Award di SILASMA 2025, Apresiasi Bidang Literasi dan Riset
June 19, 2025By
mahasiswa Psikologi raih perunggu di Pomprov III Jatim 2
Mahasiswa Umsida Raih Perunggu di Pomprov III Jatim, Dislokasi Tangan Kanan Jadi Motivasi
June 16, 2025By