simulakrum

Simak 3 Contoh Realitas Virtual dari Teori Simulakrum Saat Ini

Umsida.ac.id – Berbicara tentang simulakrum, filsuf besar Yunani, Plato dalam Sophist telah membincangkan tentang penciptaan-citra. Setidaknya ada dua hal. Yang pertama adalah reproduksi yang meyakinkan: usaha untuk menciptakan suatu salinan tepat seperti aslinya. Yang kedua usaha penciptaan salinan yang didistorsi secara sengaja untuk membuat salinan itu terlihat benar di hadapan pemirsa.

Lihat juga: Jumlah Gawai di Indonesia Lebih Banyak dari Jumlah Penduduknya

Plato memberi contoh dunia patung Yunani. Bisa kita lihat karya agung patung Yunani, sangat mendekati nyata. Contoh dari seni visual ini menjadi metafora untuk seni-seni kefilsafatan dan tendensi para filsuf untuk mendistorsi kebenaran sedemikian rupa sehingga ia terlihat akurat kecuali dilihat dari sudut yang tepat.

Sama halnya dengan bapak postmodernisme, Nietzsche, juga menggunakan konsep simulakrum. Namun ia tak menggunakan term ini. Dalam Twilight of Idols Nietzsche mengungkapkan sebagian besar filsuf, dengan mengabaikan input indera dan mengandalkan konstruksi bahasa dan akal, sampai pada satu salinan realitas yang terdistorsi. Realitas simulakrum dibangun dalam bahasa dan logika nyaris sama dengan kenyataan aslinya.

Dilanjutkan dengan filsuf Prancis Jean Baudrillard, dalam Simulacra and Simulation ia berpendapat bahwa simulakrum bukanlah salinan dari yang nyata, namun menjadi kenyataan atas haknya sendiri: hyperreal. 

Jika Plato melihat dua langkah reproduksi—faithful and intentionally distorted—Baudrillard melihat ada empat: (1) pencerminan dasar atas kenyataan, (2) penyimpangan realitas, (3) kepura-puraan atas kenyataan (dimana tidak ada model); (4) simulakrum, yang ”mengungkap tidak adanya relasi pada kenyataan apapun.” Baudrillard menggunakan konsep tentang tuhan sebagai satu contoh simulakrum.

Konsep Baudrillard, seperti konsep Nietzsche, simulakrum dipahami secara negatif, namun filsuf postmodern lainnya dalam topik sama, Gilles Deleuze, memberi sudut pandang berbeda. 

Ia melihat simulacra sebagai jalan yang mana berbagai idealitas yang diterima atau “diistimewakan” bisa ”ditantang dan diubah.” Deleuze dalam Difference and Repetition mendefinisikan simulacra sebagai “sistem-sistem dimana yang beda berelasi pada yang beda dengan tujuan perbedaan itu sendiri. Apa yang esensial adalah kita menemukan sistem-sistem ini tidak memiliki identitas utama, tidak ada keserupaan abadi.”

Contoh simulakrum

Lihat juga: Dosen Umsida Jelaskan 3 Sistem Keuangan Digital dan Evolusi Perilaku Keuangan di Era Digital

Literatur, Flm, dan Televisi
simulakrum
Ilustrasi: Unsplash

Simulacra (jamak dari simulakrum) sering tampil dalam fiksi spekulatif. Misalnya tentang simulacra dalam makna artifisial (buatan) atau secara dangkal menciptakan bentuk-bentuk kehidupan seperti patung gading Ovid dalam Metamorphoses, makhluk golem dari folklor Yahudi, makhluk Marry Shelley dari Frankenstein, Pinokionya Carlo Collodi dan kehidupan sintetik dalam buku Do Androids Dream of Electric Sheep karya Phillip K. Dick (kemudian diadaptasi untuk film oleh Ridley Scott sebagai Blade Runner). 

Novel lain karya Phillip K. Dick berjudul The Simulacra memusatkan pada pemerintahan yang penuh kecurangan yang dipimpin oleh seorang presiden simulakrum (lebih spesifik, seorang android).

simulacra dunia lingkungan juga muncul: penulis Michael Crichton beberapa kali menggunakan tema ini, dalam Westworld dan dalam Jurassic Park; contoh lain termasuk secara elaboratif (rumit dan rinci) terkisah dalam tahapan-tahapan dunia seperti The Truman Show, The Matrix, Synecdoche, New York, dan Equilibrium. 

Beberapa kisah fokus pada simulacra sebagai objek. Salah satu contoh adalah The Picture of Dorian Gray karya Oscar Wilde. Istilah itu juga muncul dalam Lolita karya Vladimir Nabokov.

 Rekreasi
simulakrum
Ilustrasi: Unsplash

Simulacra rekreasional termasuk menghidupkan kembali berbagai peristiwa atau replika dari tonggak sejarah, seperti Colonial karya Williamsburg, dan berbagai konstruksi fiksional atau gagasan-gagasan kultural, seperti Dunia Fantasi di Magic Kingdom milik Disney. 

Beragam taman-taman Disney oleh sebagian filsuf dianggap sebagai simulacra rekreasional yang puncak, dengan Baudrillard dalam Disneyworld Company mencatat bahwa Walt Disney World Resort adalah salinan dari salinan, ”sebuah simulakrum pada level kedua”.

Lihat juga: Dosen Umsida Ungkap Kecenderungan Bermedia Sosial Bisa Sebabkan Phubbing, Apa Itu?

Pada 1975, penulis Italia Umberco Eco mengungkapkan keyakinannya bahwa imitasi telah mencapai puncaknya dan setelah itu kenyataan akan selalu inferior di hadapan yang imitasi itu (The City of Robots” Travels in Hyperreality). 

Mengamati dampak dari simulakrum taman nasional Disney, seorang ahli lingkungan Jennifer Cypher dan antropolog Eric Higgs dalam Colonizing the Imagination: Disney’s Wilderness Lodge mengungkapkan kekhawatiran bahwa “batas-batas antara yang artifisial dan kenyataan akan menjadi sangat tipis sehingga yang artifisial menjadi pusat nilai moral.

Karikatur
simulakrum
Ilustrasi: Unsplash

Satu contoh menarik simulacra adalah karikatur. Dalam hal ini seorang seniman menggambar garis yang mendekati bentuk-bentuk wajah seorang manusia sebenarnya, sketsa itu tidak bisa diidentifikasi dengan mudah oleh sembarang pengamat; sketsa itu bisa dengan mudah menyerupai siapa pun, ketimbang sosok khusus. 

Bagaimanapun, seorang karikaturis akan membesarkan sisi khusus yang khas melebihi kenyataannya, dan seorang pemirsa akan menangkap hal itu sehingga mampu mengidentifikasi sosok atau subjek tersebut, meskipun karikatur itu mengungkapkan gambar yang jauh dari serupa dengan si subjek. (*)

Penulis: Kumara Adji

Berita Terkini

pendampingan korban Ponpes Al Khoziny
Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Panik, Bramasgana Umsida Dampingi 4 Hari
October 4, 2025By
Umsida dan PT Mellcoir Sport Indonesia
Magang di PT Mellcoir Sport Indonesia, Mahasiswa Umsida Ikut Expo UMKM di Jakarta
October 3, 2025By
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny: Sekitar 60 Korban Masih Tertimbun
October 2, 2025By
Umsida kampus ramah nonmuslim
Jadi Kampus Ramah Latar Belakang Agama, Ini Cerita Malvin dan Keluarga Tentang Umsida
September 3, 2025By
workshop open data Jawa Timur
Open Data Jadi Kunci Analisis Berbasis Bukti dalam Workshop Statistik Sektoral Seri 11
August 25, 2025By
Umsida dan Pemkab Sidoarjo
Pertemuan Umsida dan Pemkab Sidoarjo, Bahas Kolaborasi Strategis dalam Pengembangan Potensi Daerah
August 20, 2025By
Fikes Expertise
FIKES Xpertise, Program Fikes Umsida Edukasi Kesehatan Remaja
August 19, 2025By
BPH Umsida dan BPH Umri
BPH Umsida Sambut Kunjungan BPH Umri, Bahas 3 Topik Ini
August 19, 2025By

Riset & Inovasi

hibah PTTI dan PISN
Dosen Umsida Raih Hibah PTTI dan PISN 2025, Kenalkan Sidoarjo Melalui Film Dokumenter Budaya
October 7, 2025By
inovasi alat pembakaran sampah tanpa asap 3
Alat Pembakaran Sampah Tanpa Asap, Inovasi Dosen Umsida Tekan Masalah Sampah
September 25, 2025By
sekolah rakyat
Berkesempatan Mengajar di Sekolah Rakyat, Ini Pendapat Dosen Umsida
September 17, 2025By
tong sampah ramah lingkungan
KKNT 23 Umsida Rancang Tong Sampah Ramah Lingkungan untuk Kurangi Polusi Asap
September 10, 2025By
inovasi bell kuis
Bell Kuis, Inovasi Tim PKM Umsida Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa SD Muhammadiyah 5 Porong
August 14, 2025By

Prestasi

hibah PTTI dan PISN
Dosen Umsida Raih Hibah PTTI dan PISN 2025, Kenalkan Sidoarjo Melalui Film Dokumenter Budaya
October 7, 2025By
Pomnas 2025
Pomnas 2025, 2 Skrikandi Umsida Bawa Pulang Juara
October 7, 2025By
reviewer monev hibah abdimas
3 Dosen Umsida Dipercaya Jadi Reviewer Monev Hibah Abdimas
October 6, 2025By
Pojok Statistik Umsida
Pojok Statistik Umsida Raih Peringkat 1 Nasional Kategori Binaan BPS Kabupaten
October 6, 2025By
apresiasi publikasi ilmiah 1
Penghargaan Publikasi Ilmiah Jadi Bukti Komitmen Umsida Majukan Riset Akademik
September 19, 2025By