Umsida.ac.id – Baru-baru ini, ramai menjadi perbincangan para warga tentang dihapusnya jurusan yang ada di SMA. Tak ada lagi sudah jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
Rencananya kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2024-2025. Penghapusan jurusan di pendidikan tingkat menengah atas ini merupakan salah satu bagian dari pengimplementasian secara serentak kurikulum merdeka di jenjang SMA sederajat.
Baca juga: 8 Standar Pendidikan Ramah Anak, Yuk Simak Agar Anak Belajar dengan Nyaman
Menanggapi hal tersebut, dosen ahli pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Septi Budi Sartika MPd mengatakan bahwa sejak tahun 2024, hampir seluruh sekolah di Indonesia sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka. Kurikulum ini sudah diwacanakan akan menjadi kurikulum nasional.
Jurusan SMA tak sinkron dengan kurikulum
“Terkait dengan penghapusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA ini jika disinkronkan dengan kurikulum merdeka, saya rasa match ya. Karena yang namanya merdeka belajar adalah siswa akan belajar sesuai dengan bakat dan minatnya,” ujar Dr Septi.
Menurutnya, kalau misalkan seorang siswa yang ingin mendalami bidang olahraga, maka siswa tersebut harus fokus di pembelajaran olahraga, sehingga nantinya ia hanya melanjutkan ilmu yang telah didapat ke jenjang perkuliahan.
Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Umsida itu melanjutkan, “Di sini kuncinya adalah siswa belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Jadi hal itu match dengan kurikulum merdeka,”.
Tak ada privilege bagi jurusan tertentu
Mengutip dari Detik.com, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, penghapusan jurusan di SMA ini juga bertujuan untuk menaikkan salah satu jurusan yang dianggap memiliki privilege, yaitu jurusan IPA.
Senada dengan pernyataan tersebut, Dr Septi mengatakan bahwa memang penjurusan di SMA terlihat seperti kasta dalam pendidikan. Misalnya ada kelompok siswa dari jurusan IPA yang biasanya dilabeli sebagai kelompok paling pintar dan prestisius.
“Hal itu membuat perspektif orang menganggap bahwa hampir semua anak yang masuk di jurusan IPA dibilang keren dan bagus. Tapi sekali lagi, hal itu tidak sinkron dengan tujuan kurikulum merdeka itu sendiri,” terang dosen Pendidikan IPA itu.
Sedangkan siswa IPS, imbuhnya, mungkin mendapatkan pelabelan yang kurang dibanding IPA. Akibatnya, banyak yang berlomba-lomba masuk jurusan IPA agar terlihat keren, padahal esensi dari kurikulum merdeka bukanlah itu.
“Kalau dia tidak mampu belajar di bidang IPA, ya jangan masuk IPA, siswa berhak memiliki jurusan yang sesuai dengan peminatannya. Jadi benar jika kebijakan ini diberlakukan untuk mencegah diskriminasi,” ujarnya.
Kebijakan yang berdampak baik
Menurut Dr Septi, karena kebijakan yang sudah diterapkan secara merata pada tahun 2024, pasti tujuan kedepannya akan baik. Siswa bisa mencari pengetahuan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Misalkan seorang siswa yang ingin berkuliah di jurusan kedokteran, maka ia bisa mengambil mata pelajaran yang didominasi oleh biologi, matematika, kimia, dan fisika. Dengan begitu, maka keberlanjutan bakat dan minatnya akan nyambung ketika ia kuliah nantinya.
Baca juga: Mendidik Anak Itu Mudah, Asal Mengetahui Ilmunya
“Karena memang kalau sudah menjadi passion-nya, maka ia akan bisa bekerja dengan optimal dan maksimal. Berbeda dengan suatu keterpaksaan, yaitu memilih IPA hanya karena membuatnya keren walau sebenarnya ia tak mampu, itu akan merugikan diri sendiri,” pungas Dr Septi.
Penulis: Romadhona S.
Sumber foto:
https://mysch.id/blog/detail/122/profil-sekolah-sma
https://sahabat.pegadaian.co.id/artikel/inspirasi/perlengkapan-sekolah-sma