Umsida.ac.id – Salah satu upaya dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah pengembangan UMKM di setiap desa. Mahasiswa KKN-P kelompok 8 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melaksanakan kegiatan pengembangan UMKM telur asin di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Selasa (1/2).
Proses pengembangan UMKM telur asin dilakukan dalam 3 tahap yaitu survei, membantu mempromosikan akun via E-commerce, dan menunjukkan cara mengemas telur asin agar tidak pecah saat dikirim ke luar kota.
Telur asin merupakan makanan alternatif dengan harga yang relatif terjangkau. Selain bahan baku yang mudah didapatkan, pengolahannya pun tidak terlalu sulit. Namun proses pembuatan telur asin ini membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 23 – 28 hari.
Sebelum masa pandemi, penjualan telur asin sangat stabil bahkan mengalami peningkatan yang signifikan di setiap bulannya. Namun pada kondisi pandemi sekarang ini penjualannya mengalami penurunan drastis.
Pemasaran telur asin dapat dikatakan belum maksimal terutama dalam hal penggunaan platform digital. Padahal di era pandemi ini dimana terdapat batasan untuk keluar rumah dan mengharuskan masyarakat untuk tetap di rumah menjadi sesuatu yang penting bagi pelaku usaha agar tetap mempromosikan produknya lewat platform online.
Oleh karena itu mahasiswa KKN-P Umsida kelompok 8 berinisiatif melakukan pendampingan terhadap UMKM dalam mempromosikan penjualan via E-commerce. Tahap awal yang dilakukan yaitu melakukan survei ke UMKM untuk menyosialisasikan digital marketing. Tim tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat serta selalu memantau situasi dan kondisi sekitar selama proses dilaksanakannya kegiatan.
Dalam kegiatan survei itu, langkah pertama yakni dilakukan pengambilan gambar dan video produk telur asin yang akan dipajang atau dipromosikan di media sosial. Digital marketing dilakukan di media sosial serta online shop seperti Facebook, Instagram, Shopee, dan beberapa market shop online yang lainnya.
Lalu selanjutnya yaitu mengedukasi cara penggunaan media sosial dan aplikasi E-commerce tersebut sekaligus memberi tanggung jawab kepada pelaku UMKM telur asin untuk mengelola akun miliknya.
Terakhir, tim KKN-P kelompok 8 juga menunjukkan cara mengemas telur asin agar tidak pecah saat dikirim ke luar kota. Tim KKN-P kelompok 8 menyampaikan agar pengemasan produk bisa memaksimalkan penggunaan double bubble wrap. Walaupun dinilai aman, akan tetapi hal tersebut tetap tidak menjamin telur tidak akan pecah saat pengiriman, tingkat keamanannya mencapai 80%.
Mahasiswa KKN-P kelompok 8 Umsida berharap, dengan adanya sosialisasi penggunaan platform digital marketing ini dapat membuat pelaku UMKM telur asin di Desa Kebonsari lebih dikenal luas dan dapat meningkatkan penjualannya di masa pandemi. Tim KKN-P kelompok 8 bersyukur kegiatan ini dapat diapresiasi dengan baik oleh pemilik UMKM.
Ditulis : Suci indah Hapsari dan Andini farda syilvia zuhri
Editor : Shinta Amalia Ferdaus