Umsida.ac.id – Hadir dalam Pra Muktamar Aisyiyah, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Nur Cholis Huda MSi memaparkan bagaimana cara menjaga ideologi dalam amal usaha Muhammadiyah, pada Senin (24/2).
Pemaparan materi itu dikemas dalam pembukaan dan kuliah umum yang digelar di aula KH Mas Mansyur, GKB 2, Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Dalam sesinya, ia menyampaikan kepada sekitar 400 peserta dari Kepala Sekolah KB/TK ABA se-Jatim, bahwa terdapat dua cara yang harus dilakukan untuk menjaga ideologi dalam amal usaha Muhammadiyah. “Aisyiyah memiliki peran penting dalam perkembangan negara, terutama di bidang usaha. Untuk tetap menjaga ideologi dalam kegiatan itu bisa dengan dua cara,” ungkap mantan Ketua Majelis PWM Jatim.
Pertama, melaksanakan filosofi simbol Muhammadiyah yaitu matahari dalam kehidupan sehari-hari. “Matahari itu cerah. Cerah ditandai dengan senyum. Orang Aisyiyah harus mencerahkan dan mengajarkan untuk mencerahkan,” tuturnya.
Selain itu, sambung Nur Cholis, simbol matahari juga memiliki arti. “Makna simbol itu adalah untuk menjadikan hati bahagia, dengan begitu masalah akan lebih mudah diselesaikan, serta istiqamah karena memiliki cita-cita,” terangnya.
Lebih lanjut, menurut pria kelahiran tahun 1953 ini, cara kedua untuk menjaga ideologi adalah dengan melaksanakan faham keagamaan menurut pandangan Muhammadiyah. “Faham ini meliputi purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi merupakan penyucian, yang artinya mengembalikan semua urusan menurut Al-Qur’an dan Sunnah,” jelasnya.
Kemudian, ia menambahkan penjelasannya bahwa dinamisasi merupakan kehidupan manusia di luar ibadah. “Dinamisasi ini seperti berbuat ihsan kepada sesama,” pungkasnya.
Terakhir, Nur Cholis berpesan kepada seluruh peserta kuliah umum yang didominasi perempuan itu, “Kebaikan yang sebenarnya adalah ketika anda mengorbankan sesuatu yang anda butuhkan. Guru Aisyiyah seperti itu, memberi tanpa pamrih.”
Reporter: Iis Wulandari
Editor: Erika Mulia Arsy