Umsida.ac.id – Wiwin Ekawati, wisudawan dari program studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dinyatakan sebagai mahasiswa berprestasi karena inovasinya membuat perbandingan air yang bermanfaat bagi kesehatan. Ia meraih juara 3 dalam lomba KTI nasional pada tahun 2022.
Aktif di berbagai kegiatan
Perempuan yang akrab disapa Wiwin ini sempat terkendala wabah Covid 19 yang membuatnya melakukan perkuliahan secara daring, termasuk praktikumaI a merasa tidak ada yang praktikum itu membuat materi kurang dimengerti.
Baca juga: Juara 2 Lomba Musabaqah Hifzhil Quran Nasional, Ini Teknik Hafalan Mapres Umsida
“Sejak saat itu saya mendaftar menjadi asisten laboratorium dan alhamdulillah saya direkrut menjadi asleb teknologi pangan di semester 3. Tentu dengan menjadi atlet saya lebih mengerti tentang praktikum dan dunia laboratorium,” ucapnya.
Wiwin sangat menikmati kegiatannya sebagai seorang aslab. Bahkan ia biasanya menghabiskan waktu untuk berkreasi di laboratorium sedari kuliah di pagi hari hingga sore hari di laboratorium. Di kampus, Wiwin juga aktif sebagai bagian dari Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan Umsida.
Lalu pada malam hari, Wiwin membantu orang tuanya berjualan di toko. Tak hanya itu, Wiwin juga berjualan online untuk menambah uang sakunya.
Proses mengikuti lomba KTI
Sebenarnya, Wiwin telah mengikuti banyak kompetisi. Misalnya ketika pandemi Covid 19, ia dan temannya sering mengikuti lomba fotografi bertema makanan sehat. Namun ia gagal meraih juara karena kemampuan fotografinya yang kurang mumpuni.
Baca juga: Wisudawan Terbaik: Program TAU Umsida Permudah Kelulusan Saya
Hingga di semester akhir, Wiwin mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk menambah pengalaman tentang penulisan karya ilmiah. Ia mengambil tema pertanian dengan judul “Perbandingan Kualitas Mata Air Pegunungan dan Air Minum dalam Kemasan Guna Meningkatkan Kesehatan Tubuh”. Ia dan timnya melakukan riset di Jolotundo, Trawas Mojokerto untuk mendapatkan air pegunungan alami tanpa proses sterilisasi seperti di industri air mineral.
Kendala pengolahan air hingga jadi juara
Dalam melakukan riset ini, Wiwin mengalami beberapa kendala seperti keterbatasan alat dan kejenuhan mengerjakan artikel ilmiah.
“Kendala yang pertama yaitu, rencana awal air dari Jolotundo tersebut ingin diuji kandungan mineral di laboratorium. Tapi karena keterbatasan alat yang tidak memungkinkan untuk melakukan uji tersebut akhirnya kami ganti dengan uji Kandungan pH kderajat keasaman). Lalu kami tambah dengan literatur dari jurnal,” tutur anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Kendala selanjutnya, tutur Wiwin, lomba KTI ini terasa sangat membosankan dan jenuh karena ini merupakan kali pertama Wiwin mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dan ia merasa kesulitan untuk memparafrase kalimat.
Baca juga: Dari Pecinta Literasi Menjadi Wisudawan Berprestasi 2023
Untuk itulah, ia sering berbagi pendapat dan cerita kepada rekan setimnya untuk mendapatkan solusi. Ketika selesai mengerjakan karya tulis, Wiwin tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan juara, sama seperti lomba-lomba yang pernah ia ikuti sebelumnya. Namun di lomba ini, ia berdoa dengan sungguh-sungguh dan meminta restu kepada orang tua agar dilancarkan.
“Alhamdulillah dengan restu orang tua saya, saya bisa memperoleh juara 3 lomba KTI tingkat nasional. Saya berharap karya tersebut dapat memberikan manfaat dan informasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya memilih air minum yang aman bagi kesehatan,” tutup Wiwin.
Penulis: Romadhona S.