Umsida.ac.id – “Proses untuk menjalin relasi ternyata tidak semua membawa pengaruh positif.” Hal ini diungkapkan oleh Nurfi Laili MPsi Psikolog, dosen prodi psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) saat membahas toxic relationship lewat podcast #Umsida Menyapa : Terapan Industri, Organisasi, dan Pendidikan yang tayang di youtube Umsida1912, Selasa (26/01).
Dalam Bahasa Indonesia, toxic artinya racun dan relationship artinya hubungan, sehingga toxic relationship sendiri diartikan sebagai hubungan yang beracun.
Lewat podcast berdurasi 29 menit 21 detik ini, Nurfi menjelaskan jika hubungan beracun yang dimaksud ialah sebuah hubungan yang malah membawa pengaruh negatif terhadap orang yang menjalinnya. Baik hubungan antara sesama gender atau hubungan antara laki-laki dan perempuan.
“Tidak semua hubungan itu laki-laki dan perempuan, hubungan dengan sesama gender, ibu dan anak, orang tua dengan anak, itu semua relation” ujar Nurfi. “Dan hubungan yang beracun sebenarnya tidak terjadi pada hubungan beda gender saja, semua jenis relation bisa mengalami yang namanya toxic,” imbuhnya.
Nurfi menambahkan, toxic relationship ini bisa diidentifikasi lewat ciri-cirinya, antara lain saat kita memiliki hubungan dengan orang yang terlalu posesif. Ia mencontohkan jika dalam pergaulan anak usia dini, sikap posesif pun sudah nampak. Sehingga, dengan perilaku prosesif akan membatasi lawan temannya untuk bergaul dengan teman atau lingkungan lain.
Selanjutnya, adanya tindakan kekerasan, baik secara verbal maupun non verbal. “Verbal berarti yang diucapkan. Kata-kata yang diucapkan oleh teman-teman kita lebih mengarah ke kata-kata negatif yang menjatuhkan mental,” ucapnya. “Sedangakan tindakan non verbal berarti meliputi gesture tubuh atau cara memandang,” lanjutnya.
Ditulis : Angelia Firdaus
Edit : Anis Salsabila