Umsida.ac.id – Tim dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
(Umsida) memanfaatkan energi matahari untuk PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dalam pembuatan sistem kontrol listrik jarak jauh di Desa Gebang, Dusun Pucukan, Kecamatan Sidoarjo.
Salah satu anggota tim Dr Ir Jamaaluddin MM dosen Teknik Elektro menuturkan bahwa timnya sangat tertarik dengan pemasangan PLTS ini sebab menurut penglihatan mereka pada potensi terbarukan yang ada di Indonesia utamanya pada energi matahari atau surya belum dipergunakan secara optimal.
“Energi matahari yang ada di Indonesia ini sangat luar biasa jadi Pemerintah melalui menteri ESDM sudah mentargetkan pada tahun 2020 itu tercapai ±13% dari total energi yang mempergunakan energi surya, namun baru 11% yang terlaksana jadi belum secara optimal kita memanfaatkan energi matahari ini. Oleh karena itu kita yang bergerak di Teknik Elektro ini sangat tertarik sekali untuk mengembangkan tenaga surya ini,” jelasnya pada Podcast #UmsidaMenyapa, Kamis (8/2) .
Kondisi listrik di Dusun Pucukan sudah ada namun di kala saat ada angin kencang ataupun hujan deras listrik mereka sering terganggu, sebab antara gardu listrik dengan area pemukiman warga Pucukan sangat jauh.
Pemasangan PLTS ini diletakkan di Masjid Baitul Muttaqin (satu-satunya masjid yang ada di Desa Pucukan) sebab masjid tersebut selain untuk jalannya ibadah juga dipergunakan untuk kegiatan sosial masyarakat (titik kumpul masyarakat). PLTS tersebut dipasang dilengkapi dengan controlling supaya Tim Umsida bisa memantau dari jarak jauh menggunakan telepon genggam.
“Sebab lokasi antara desa dengan kota sangat jauh maka kita memasang PLTS ini dilengkapi dengan controllingnya juga yang mana controlling ini nanti bisa memberi informasi ke kita melalui aplikasi yang ada di handphone. Jadi melalui android ini kita bisa mendapat informasi berapa arus maupun tegangan dari sistem yang disinari matahari. Setelah dari sistem ini menuju ke bebang yang juga dipasang kontrol arus dan tegangan artinya kalau tegangannya bagus lalu arusnya tidak ada, saat itu malam hari semestinya lampu menyala tetapi arusnya nol ini perlu dipertanyakan, Apakah disana tidak ada kegiatan atau sistem kita ada yang rusak?Nah hal seperti ini bisa kita kontrol dari jarak jauh,” ungkapnya.
Dengan pengeluaran yang banyak tim Umsida mendapat pemasukan dari pihak kampus untuk kelancaran program pengabdian masyarakat ini.
“Pihak Umsida sangatlah peduli dengan desa-desa terpencil dengan memberikan kesempatan untuk para dosen mengabdikan diri serta ilmu yang dimilikinya. Jadi dana yang kita pergunakan untuk pelaksana pengabdian masyarakat Pucukan untuk membuat PLTS dan sistem jarak jauhnya semua dibiayai oleh Umsida dan isnyaallah nanti setiap tahun Umsida akan rutin memberikan dana untuk desa tersebut,” jelasnya.
“Selain sebagai penerang Masjid, di masa pandemi ini PLTS juga kita gunakan sebagai sistemnya disinfektan jadi hal ini tidak mempergunkaan PLN sama sekali. Nah ini bisa kita kembangkan ke masyarakat. Awalnya mereka membayar listrik Rp 150.000/bulan, dengan adanya PLTS ini mereka hemat Rp 100.000 dan hanya membayar Rp 50.000/bulan,” lanjutnya.
Diakhir Podcast #UmsidaMenyapa pak Jamal juga mengatakan bahwa untuk langkah selanjutnya ia dan timnya sudah memiliki rencana untuk beberapa tahun kedepan untuk Dusun Pucukan dengan membantu masalah pompa air yang masih menggunakan PLN.
Ditulis : Fitria Trisna Sisiliani
Edit : Anis Yusandita