Umsida.ac.id – Setiap negara tentu memiliki perbedaan permasalahan pendidikan yang dialami, termasuk di Amerika Serikat. Roshni Nirody, kepala bagian politik dan ekonomi Konjen Amerika Serikat di Surabaya menjelaskan permasalahan pendidikan AS lewat webinar yang diadakan FPIP Umsida yang bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya lewat Zoom meeting dan YouTube Umsida 1912, Selasa (23/2).
“Ada tiga tantangan pendidikan utama yang mempengaruhi pendidikan Amerika Serikat, yaitu biaya, akses tidak sama dan keterlambatan menanggapi perubahan kebutuhan,” ungkapnya.
Di Amerika, pemerintah mendukung siswa untuk berhutang demi melanjutkan ke jenjang S1. “Lebih dari separuh siswa Amerika Serikat harus berhutang untuk lulus S1,” kata wanita yang pernah bergabung di Departemen luar negeri AS.
Hal itu dikarenakan biaya pendidikan universitas di AS lebih mahal daripada institusi di bagian lain dunia. Akibatnya, membuat lebih sulit siswa internasional berkuliah di AS dan menghalangi siswa di AS atau luar negeri yang tidak ingin berhutang.
Setelah itu, masalah yang dihadapi AS yaitu akses pelayanan pendidikan yang sulit. Jauh sebelum pandemi sebenarnya masalah ini sudah muncul. “Pandemi hanya membuat masalah ini semakin jelas,” kata wanita yang pernah bergabung di Departemen Luar Negeri AS itu.
Adanya kesenjangan antara sekolah di kota dengan komunitas miskin membuat pendidikan di AS tidak merata. Terlebih di masa pandemi dimana siswa harus bergantung pada internet, platform dan komputer.
Permasalahan terakhir, pendidikan di AS belum beradaptasi dengan pasar tenaga kerja. Hal ini membuat peningkatan jumlah pengangguran. “Dan inilah alasan utama siswa usia sekolah DNA universitas di Amerika Serikat mempertanyakan, apakah perlu menghabiskan uang, energi, dan waktu untuk mengejar gelar universitas tradisional?” tandas Roshni.
Ditulis : Angelia Firdaus
Edit : Asita Salsabila