Umsida.ac.id – Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bersama Inovasi untuk Sekolah Indonesia (INOVASI) mengadakan kerjasama mengembangkan strategi pelaksanaan program serta pendampingan sekolah responsive gender, bertempat di Laboratorium Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), GKB 1 Lt 1, Selasa (22/06). Inovasi adalah program kemitraan pemerintah Indonesia dan Australia.
Acara pelatihan ini menghadirkan pembicara Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Dr Inayah Rohmaniyah S Ag M Hum MA dan pendamping ahli bidang Islam dan Gender Lies Marcoes Natsir MA. Acara diikuti kurang lebih 20 peserta terdiri dari beberapa dosen Umsida. Inovasi online dalam penyusunan modul ini memiliki target memberikan training yang menyasar kepada para kepala sekolah, guru, siswa, dan wali murid.
Dr Inayah Rohmaniyah S Ag M Hum MA mengatakan salah satu kerjasama ini berupa perancangan Sekolah Responsif Gender. “Seringkali banyak kejadian di sekolah, guru tidak menyadari situasi yang diskriminatif atas dasar gender. Mereka mungkin menggambarkan hanya satu jenis kelamin dalam kegiatan tertentu, sehingga dapat menghambat siswa untuk berpartisipasi secara efektif saat proses belajar,” tuturnya.
Ketua Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Kemil Wachidah S Pd M Pd menjelaskan tujuan acara ini. “Meningkatkan kapasitas tim Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) Umsida dalam mengembangkan Modul Sekolah Responsif Gender, mengelola kegiatan dan melakukan pendampingan program sekolah responsive gender di sekolah,” paparnya.
Dalam kerjasama INOVASI dan PSGPA ini terdapat pembuatan modul Responsif Gender meliputi 11 unit, diantaranya unit memahami konsep gender, memahami sekolah responsif gender, sistem manajemen dan ekstrakurikuler responsif, perencanaan pembelajaran responsif gender, bahan ajar responsif gender di SD, penggunaan bahasa responsif gender di kelas, pengaturan kelas responsif gender, interaksi kelas responsive gender, kekerasan berbasis gender di SD, peran keluarga responsif gender, dan unit tolerasi.
Salah satu peserta acara ini, Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtiyah (PGMI) Moch Bahak Udin By Arifin S Pd M Pd berharap pelatihan responsive gender untuk SD ini dapat diterima dan bisa dipahami baik oleh pihak sekolah. “Sampai saat ini problematika gender masih menjadi permasalahan di Indonesia, terutama dalam lingkup pendidikan. Melalui kerjasama ini, harapan nya modul responsif gender ini bisa dipahami dan mudah dipelajari oleh kepala sekolah, guru, murid, dan wali murid,” ujarnya.
Ditulis : Anis Yusandita
Edit : Asita Salsabila