Umsida.ac.id – Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengadakan kegiatan Yudisium ke-37 di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kampus 1 Umsida, Selasa (24/5).
Mengusung tema The Game Changer Generation, Yudisium FBHIS ke-37 kali ini berhasil meluluskan sebanyak 428 calon wisudawan dan wisudawati. Program Studi (Prodi) S1 Manajemen 187 mahasiswa, Prodi Akuntansi 90 mahasiswa, Prodi Hukum 14 mahasiswa, Prodi Ilmu Komunikasi 37 mahasiswa, Prodi Administrasi Publik 83 mahasiswa, dan Program S2 Manajemen 17 mahasiswa.
Dekan FBHIS Umsida, Wisnu P Setiyono SE MSi PhD melalui sambutannya mengungkap rasa bangganya bisa mengantarkan mahasiswa hingga lulus dalam studinya. Ia menyebut, Umsida telah banyak melahirkan sarjana lulusan FBHIS yang mampu bersaing di dunia kerja. Fakultas ini juga mendukung percepatan kelulusan mahasiswa tanpa skripsi. “Saat ini FBHIS telah mendukung upaya percepatan alternatif selesai studi tanpa mengerjakan skripsi. Kedepannya FBHIS akan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan studi baik di S1 maupun S2. Beberapa mahasiswa itu selesai di semester 7,” ungkapnya.
Menurut Wisnu, menjadi calon sarjana merupakan tahap awal. “Menimbang ilmu itu sampai kapanpun, ini baru tahap pertama kalian menjadi calon sarjana, tahap kedua menjadi magister, tahap ketiga yaitu menjadi doktor,” ucapnya. Selanjutnya, ia berharap agar mahasiswa tetap bisa belajar dan meneruskan pendidikan, baik formal maupun informal.
Sementara itu, Wakil Rektor 2 Umsida Heri Widodo M Si Ak CA mengungkapkan, tantangan era revolusi industri 4.0 dengan persaingan yang kuat mulai dihadapi oleh perguruan tinggi, maka penting mempersiapkan SDM yang dapat dikembangkan dari soft skill dan hard skill. “Kedepan yang justru berperan adalah soft skill. IPK tetap menjadi penting karena itu menjadi standard. Jadi walaupun yang berperan adalah soft skill, tapi kita tidak bisa melepaskan hard skillnya,” ungkapnya.
Dalam hal ini, lanjut Heri, yang dikembangkan di FBHIS akan berpengaruh terhadap perkembangan mahasiswa. Untuk melakukan pengembangan tersebut dan menghadapi revolusi, ia menyebut ada 3 Poin utama. Pertama, pengembangan karakter terhadap mahasiswa. Menurutnya, teknologi tidak cukup bila tidak dibarengi dengan sebuah rukh atau manusia itu sendiri. Poin kedua yaitu kurikulum dan ketiga adalah pembelajaran sepanjang hayat
Terakhir, ia berharap agar SDM yang ada bisa menyikapi perubahan dengan bijak dan lebih banyak lagi mahasiswa Umsida yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. (Shinta Amalia/Etik)
*Humas Umsida