Umsida.ac.id – Himpunan Mahasiswa (Hima) Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan Webinar Nasional bertema Modifikasi Desain pembelajaran Kreatif dan Inovatif pada Tingkat Pendidikan Dasar di Era New Normal secara online melalui Zoom Meeting, Senin (6/6).
Acara yang berlangsung pukul 8 pagi itu menghadirkan Dekan FPIP Akhtim Wahyuni MAg dan 2 narasumber utama yaitu Drs Miftahul Jinan MPdI LCPC, Direktur Griya Parenting Indonesia dan Kemil Wachidah MPd, Dosen PGSD Umsida.
Akhtim Wahyuni MAg, Dekan FPIP menyampaikan, acara ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa calon pendidik, khususnya di jenjang sekolah dasar untuk membekali mereka dengan pengetahuan sebagai pendidik pasca pandemi. “Masa pandemi dengan kebijakan pembelajaran tatap muka menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran, memanfaatkan media dan metode yang lebih bermakna bagi peserta didik,” tuturnya.
Sementara itu, Drs Miftahul Jinan MPdI LCPC melalui sesinya membahas terkait inovasi pembelajaran pasca pandemi. Ia menyebut, selama pandemi berlangsung ada 6 hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan oleh calon pendidik untuk menjawab tantangan pasca pandemi : 1) Digital skill, 2) Mindset guru yang masih sebagai sumber utama, 3) Kemandirian anak dalam belajar, 4) Tanggung jawab belajar yang masih lemah, 5) Minimnya karakter siswa saat pembelajaran online, dan 6) Sikap kurang bijak dari orang tua.
Menurut Konsultan Pendidikan Sekolah dan Pesantren tersebut, untuk menemukan solusi dari permasalahan terkait digital skill atau kemampuan mengoperasionalkan dan menguasai gadget adalah dengan memberikan standard. “Harus ada standar digital baik untuk guru maupun murid. Minimal anak dan guru harus tahu yang harus dikuasai apa, mungkin microsoft excel, micrsoft word, kalau kelas 5 dan 6 sudah bisa diajarin desain,” ujarnya.
Sedangkan terkait membangun karakter disiplin dan tanggung jawab belajar pada siswa, Miftahul Jinan mengungkapkan, hal itu merupakan proses evolusioner dari hal sederhana di rumah. Ia mengumpamakan, tanggung jawab belajar pada anak bisa dibangun dari membiasakan mereka membereskan mainan ketika sudah selesai. Orang tua juga perlu mengajari dan memberikan contoh ketika anak diminta melakukan hal tersebut, misalnya orang tua membantu 75% dan anak membereskan 25% bagiannya. Sehingga anak bisa terbiasa dengan tanggung jawab yang diberikan oleh guru di sekolah.
Selanjutnya saat sesi tanya jawab, Miftahul Jinan juga menyampaikan pentingnya memberikan reward kepada anak, bukan penghargaan yang dijanjikan, melainkan penghargaan yang langsung anak terima secara tak terduga. “Reward itu baik, tapi tidak boleh sering. Akhirnya setiap kali dia ingin mengerjakan sesuatu yang baik, dia akan ketagihan. Reward yang dijanjikan itu bukan penghargaan, tapi namanya upah,” tegasnya.
Terakhir, Akhtim Wahyuni berharap agar melalui webinar ini mahasiswa calon pendidik termotivasi untuk mengimplementasikan keilmuannya dengan optimal. “Melalui webinar ini, peserta akan mendapatkan wawasan, inspirasi dan pengkayaan ilmu dalam memanfaatkan media dan metode. Serta juga bagaimana mengimplementasikannya di era new normal ini,” ucapnya. (Shinta Amalia/ Etik)
*Humas Umsida