Umsida.ac.id – Halal Center (HC) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melakukan Studi Banding dengan Pusat Halal Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) di ruang rapat Kampus 1 Umsida, Rabu (16/6). Studi banding ini sekaligus menyambung tali silaturahmi dan memberikan pendampingan serta pelatihan Juru Sembelih Halal (Juleha).
Dalam pertemuan itu, Wakil Rektor 1 Dr Hana Catur Wahyuni ST MT, Ketua Halal Center Umsida Puspita Handayani MPd I, beserta anggota struktural lainnya menyambut baik kedatangan Ketua Harian Pusat Halal Salman ITB Ir Dina Sudjana. Puspita mengatakan kegiatan ini menjadi kesempatan berbagi ilmu untuk meningkatkan kinerja HC Umsida sekaligus membahas isu wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku).
“Bu Dina nanti juga bisa memberikan wawasan kepada teman-teman kenapa sampai sekarang kita tidak seperti halal center yang lain, mungkin di lembaga lain yang berbondong atau dengan membuka pelatihan PPH (Proses Produk Halal), kenapa kok sepertinya kita diam saja. Ini yang perlu kita wujudkan bersama alasan-alasannya, kemudian kedepan PPH itu seperti apa dan juga posisi halal center ini,” tuturnya memberi sambutan.
Berkarir selama lebih dari 33 tahun di dalam Pusat Halal Salman ITB, Ir Dina Sudjana, menyampaikan pendekatan oleh institusi kepada berbagai kalangan masyarakat adalah dengan memberikan pelatihan secara gratis dan bersponsor, serta mengadakan kegiatan yang dapat mendukung program halal di wilayahnya. Ia menyebut, mahasiswa yang bergelar ST (Sarjana Teknik) mereka juga akan bergelar Juleha.
“Jadi mereka itu kita ajarkan bagaimana manajemen qurban dan juga mereka terampil di lapangan itu seperti dalam hal pengulitan, pengulitan itu kan prosesnya lama, nah itu bagaimana supaya efektif, nah kemudian proses pencacahan, pendistribusian, supaya yang berkurban itu mendapatkan daging yang segar,” jelasnya.
Dengan visi untuk menebarkan kebaikan bukan hanya kehalalan, tetapi bagaimana UKM juga naik kelas, Ir Dina Sudjana, juga mengungkapkan pendekatan halalan toyyiba memerlukan sinergitas dan kolaborasi akademisi serta masyarakat dalam berbagai sektor. Upaya itu dapat ditonjolkan dari berbagai aktivitas di antaranya menyasar pesantren untuk menghasilkan produk yang dapat diperjualbelikan di supermarket, pemanfaatan desa wisata yang ramah muslim, maupun central halal sebagai pusat oleh-oleh.
Ia juga menegaskan, peluang karir Juleha sangat besar, khususnya bagi negara-negara non-muslim. Karena kebutuhan penyediaan pangan halal sangat tinggi, bukan hanya dari makanan yang halal, akan tetapi proses dan bahan baku yang digukan juga sesuai syariat islam. (Shinta Amalia/Etik).
*Humas Umsida