Umsida.ac.id -Ikut andil dalam upaya pelestarian budaya, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuat batik Shibori yang berasal dari Desa Semaji Kemasan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (3/9). Kegiatan ini menggandeng mitra sekaligus pemilik UMKM batik Shibori yaitu Mamik yang juga merupakan anggota Ranting Aisyiyah Kemasan.
Shibori merupakan salah satu batik yang digemari di dalam negeri. Teknik pewarnaan batik ini berasal dari Jepang. Shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik, meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana. Shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari proses pencelupan, karena proses pembuatannya sama dengan pewarnaan tie dye dengan teknik ikat dan celup. Dalam penggunaanya, kain shibori bisa dipakai dalam berbagai kegiatan baik itu formal maupun informal dan dapat pula dikreasikan menjadi berbagai produk fashion.
Ahmad Solihin selaku ketua tim KKN-T kelompok 18 Umsida, memaparkan bahwa kegiatan ini adalah sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap kelestarian budaya, khususnya batik. Dengan mempelajari teknik pembuatan batik Shibori ini, diharapkan mahasiswa dapat membantu untuk membuat batik Shibori dari Desa Semaji Kemasan ini lebih banyak dikenal oleh khalayak ramai melalui media sosial Instagram.
“Dengan kita ikut belajar dan mengetahui teknik pembuatan batik Shibori ini, maka akan memudahkan kita untuk memuat informasi tentang batik ini di media sosial instagram. Seperti yang kita ketahui, orang-orang sekarang lebih aktif menggunakan Instagram dan persentase kita untuk mengenalkan budaya batik ini jauh lebih besar, sebab motif-motif dan warnanya juga cocok untuk semua kalangan,” tutur Solihin.
Menurut keterangan, Mamik lebih berfokus untuk mengenalkan budaya batik Shibori tersebut dan sudah mencantumkan pembuatan batik Shibori sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tempatnya mengajar. Karena diketahui bahwa selain sebagai anggota Ranting Aisyiyah Kemasan, Mamik juga berprofesi sebagai seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah dasar yang ada di Kecamatan Krian.
“Saya berharap teman-teman dapat membantu untuk membuat UMKM batik Shibori yang saya dirikan ini dapat lebih dikenal luas oleh banyak kalangan, karena saya juga sudah mulai mengadakan pembuatan batik ini disekolah tempat saya mengajar sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler” tutur Mamik.
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik Shiboti diantaranya berupa kain putih polos berbahan alami seperti katun, sutra, katun primisima, blaco dan paris, tanaman indigo atau dapat menggantinya dengan pewarna sintetis yang mudah didapatkan seperti wantek, sarung tangan, karet, baskom dan air. Setelah mempersiapkan seluruh alat dan bahan yang tertera di atas dan melanjutkan ke tahap pembuatan, proses selanjutnya dimulai dengan melipat kain primis menjadi panjang dan kecil agar sesuai dengan motifnya. Setelah dilipat, kain diikat menggunakan karet dengan bentuk segi empat atau segi tiga sesuai pola yang diinginkan.
Tuangkan pewarna kain dan water glasses ke baskom yang sudah diberi air. Celupkan kain yang terikat karet tadi ke dalam larutan pewarna dengan hati-hati, pastikan sampai meresap ke kainnya. Selanjutnya, tiriskan dan diamkan kurang lebih 3 Jam agar warna bisa meresap sempurna, lalu lepaskan karet yang terikat di kain. Angkat dan bentangkan kain dengan 2 orang, lalu bilas kain dengan air bersih. Jemur kain di bawah terik sinar matahari, pastikan sampai mengering.
Penulis : Yanita Wardhani & Amelia Sandi Nidia
Editor : Shinta Amalia Ferdaus