Umsida.ac.id – Nurhadi PhD akademisi yang aktif dalam konteks intelektualitas dan dakwah Muhammadiyah, turut menyambut mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) 2025.
Lihat juga: DAIK Umsida Pastikan Fasilitator PKMU Miliki Wawasan Islami dan Karakter Unggul
Dalam pembukaannya, Nurhadi menyampaikan salam hangat dari seluruh anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah kepada mahasiswa baru Umsida.
Fortama, Pintu Masuk Mahasiswa Baru
Ia menyebut bahwa hari ini merupakan titik awal perjalanan panjang bagi para mahasiswa baru untuk membangun diri menjadi insan yang berilmu, beriman, dan berkemajuan.
“Selamat datang di Umsida. Keputusan adik-adik untuk bergabung di Umsida adalah langkah besar menuju masa depan sekaligus berkontribusi nyata bagi bangsa, umat, dan persyarikatan,” terang Nurhadi.
Selain menyambut mahasiswa baru, Nurhadi juga memberikan selamat kepada umsida lantaran di tengah-tengah isu mahasiswa baru di perguruan tinggi swasta lainnya melaporkan bahwa mereka kekurangan mahasiswa, namun Umsida justru memiliki jumlah mahasiswa yang terus meningkat.
Hal tersebut ia rumuskan setelah melihat jumlah angka pertumbuhan mahasiswa baru yang meningkat, padatnya tempat parkir di yang cukup luas, serta pelaksanaan Fortama yang harus dibagi menjadi dua sesi.
“Ini merupakan satu langkah yang menggembirakan. Selamat karena adik-adik mahasiswa baru telah masuk di perguruan tinggi unggul yang memasuki level nasional,” tuturnya.
Perguruan tinggi, imbuhnya, bisa disebut unggul kalau memiliki keunggulan tertentu.
Menurutnya, keunggulan kampus inilah yang perlu didukung bersama melalui para mahasiswa untuk mewujudkan keunggulan Umsida, terlebih di level nasional.
4 Peran Utama Mahasiswa
Ia meneruskan pesan Majelis Ditilitbang PP Muhammadiyah bahwa mahasiswa di PTMA harus memiliki setidaknya empat peran.
Pertama, mahasiswa merupakan kader bangsa yang mengemban harapan besar Indonesia.
Terlebih menghadapi bonus demografi membuat beban generasi produktif lebih ringan lantaran jumlahnya lebih banyak daripada generasi non produktif.
Hal tersebut tentu berbeda dengan berbeda dengan generasi sandwich, yaitu beban kelompok produktif dihimpit oleh beban lansia dan anak-anak.
Mahasiswa juga merupakan agen perubahan yang bisa menentukan kemajuan bangsa.
“Dari berbagai aksi yang telah dilakukan, mayoritas dimotori oleh mahasiswa. Sebagai kader bangsa kalian harus peka terhadap permasalahan bangsa,” katanya.
Kedua, mahasiswa merupakan kader umat yang memiliki tanggung jawab lebih berat dibandingkan dengan kadar umat yang tidak berkuliah.
Oleh karena itu, ia meminta para mahasiswa untuk berkuliah dengan sungguh-sungguh.
Lantas ia mengutip kalimat dari Malcolm X, “Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today”.
“Kita masih memiliki banyak persoalan keumatan, toleransi antar agama, melemahnya tingkat religiusitas, dan hingga masalah global yakni Palestina,”
Ketiga, karena masuk dalam perguruan tinggi Muhammadiyah, maka mereka merupakan kader persyarikatan.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang terbuka untuk semua. Nurhadi menceritakan berbagai latar belakang yang bergabung di Muhammadiyah, seperti Kris Muha (Kristen Muhammadiyah), MuNU (Muhammadiyah NU), MarMud (Marhaen Muhammadiyah), mereka semua merupakan kader.
“Jadilah kader persyarikatan yang baik, dari manapun latar belakangnya,” tandanya.
Keempat, telah resmi menjadi bagian dari Umsida, maka Nurhadi menyebut bahwa Maba Umsida harus bisa menjadi kader universitas.
Di tangan mahasiswalah, nama baik Umsida harus berkembang.
Peran Mahasiswa Sebagai Kader Universitas
Selaras dengan apa yang disampaikan oleh Kemdiktisaintek terkait kampus berdampak, maka peran kampus tak hanya meluluskan mahasiswa.
Untuk mewujudkan kampus berdampak itu, imbuhnya, maka kampus harus menjadi lembaga jangkar (institution anchor), yaitu universitas yang mampu mengikatkan diri dengan ekosistem di sekitarnya.
Ada 4 poin yang terdapat dalam institution anchor. Yang pertama, kampus sebagai builder, mampu membangun komunitas yang tangguh dan inklusif.
Lalu kampus sebagai broker yang harus menjembatani relasi dengan pemerintah, perusahaan, LSM, media, dan sebagainya.
Ketiga, kampus harus menjadi peaken, yaitu menjadi teladan dalam sikap, akhlak, dan, pemikiran yang kritis tak hanya di kampus.
Keempat, kampus sebagai base (basis bagi pemberdayaan masyarakat), menjadi ruang sumber daya untuk inovasi perubahan sosial.
Lihat juga: 5 Kunci Kaderisasi Mahasiswa Muhammadiyah
Di akhir sesi, ia mengajak Maba untuk meresapi pesan KH Ahmad Dahlan, “Jadilah manusia yang hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.”
Penulis: Romadhona S.