Umsida.ac.id – Salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yakni Tofan Tri Nugroho SE MM, turut menyuarakan tentang transformasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Probolinggo.
Hal tersebut ia lakukan dalam momentum penghargaan PROBOKASIH 2025 dan rangkaian kegiatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) pada Rabu, (3/12/2025).
Lihat juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, Dosen Umsida Dampingi SMKN 1 Jabon
Melalui materinya berjudul “Transformasi RTH: From Green Space to Smart Place, Destinasi Ekowisata Berbasis Teknologi”, Tofan menegaskan bahwa masa depan RTH Probolinggo bukan sekadar taman yang indah, tetapi ruang belajar publik, laboratorium ekowisata, dan platform edukasi digital untuk memperkuat budaya rendah emisi.
Menurutnya, “RTH modern harus mampu menggabungkan pengalaman wisata, edukasi, dan teknologi. Ketika masyarakat datang, mereka tidak hanya menikmati hijau, tetapi juga belajar dari data, sensor, dan narasi interaktif tentang alam,” jelasnya.
RTH sebagai Smart Place untuk Kota Probolinggo

Dalam presentasinya, Tofan menjelaskan bahwa konsep RTH cerdas atau Smart Place menuntut adanya fungsi ganda yang saling terintegrasi.
Menurutnya, ada empat aspek utama yang perlu diperkuat, yaitu konservasi lingkungan, edukasi interaktif, penguatan ekonomi lokal, dan integrasi teknologi cerdas untuk pemantauan serta pembelajaran.
Sehingga ketika masyarakat datang, mereka tidak hanya menikmati hijaunya taman, tetapi juga belajar dari sensor dan narasi interaktif tentang alam.
Ia juga menekankan tiga pilar utama dalam mewujudkan RTH Probolinggo yang cerdas.
Yang pertama yakni ahli ekowisata dan pengalaman wisata digital.
“Alur kunjungan harus dirancang berbasis narasi edukatif. Teknologi seperti AR (Augmented Reality), VR, hingga IoT mampu membuat edukasi lingkungan menjadi lebih personal dan interaktif,” terangnya.
Kedua, sensor IoT untuk pemantauan lingkungan secara real time.
“Sensor kualitas udara, kelembaban tanah, dan pemantauan kesehatan tanaman dapat terhubung dalam dashboard kota,” tutur anggota Pusat Studi SDGs Umsida itu.
Menurutnya, data ini dapat ditampilkan kepada pengunjung sebagai papan edukasi digital, menjadikan RTH sebagai “kelas hidup”.
Yang ketiga yakni pemberdayaan Komunitas sebagai Smart Community.
Menurut Tofan, partisipasi masyarakat harus menjadi elemen inti.
“Warga bukan hanya penikmat ruang hijau, tetapi juga pengelola inovasi lingkungan, mulai dari bank sampah digital, kebun edukasi kampung, hingga pelatihan ekowisata berbasis teknologi,” ungkap dosen Prodi Manajemen itu.
Inovasi FANS Jadi Awal Transformasi Digital
Gagasan yang disampaikan Tofan semakin relevan dengan langkah Pemerintah Kota Probolinggo yang mulai menerapkan pendekatan digital dalam pengelolaan ruang hijau.
Salah satu contohnya adalah peluncuran inovasi FANS (Foto dan Nama Satwa) di Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), bertepatan dengan peringatan HCPSN 2025.
Inovasi ini memungkinkan warga, terutama pelajar dapat mengenali satwa TWSL melalui sistem digital berbasis visual interaktif.
Program ini sejalan dengan rumusan Tofan bahwa edukasi lingkungan membutuhkan transformasi digital berbasis interaksi visual, data, dan pengalaman.
Pemerintah Kota Probolinggo juga menyatakan komitmennya untuk mengembangkan TWSL menjadi pusat edukasi lingkungan yang lebih fungsional.
Langkah ini sekaligus memperkuat visi Smart RTH yang diusung Tofan, yaitu taman kota bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga ruang pembelajaran bagi masyarakat.
Momentum Penting untuk Kota Probolinggo

Menurut Tofan, ide transformasi RTH menjadi Smart Place membuka jalan bagi Probolinggo untuk menjadi kota hijau yang cerdas dan berdaya saing.
“Ruang terbuka hijau tidak cukup hanya dipenuhi tanaman, tapi harus juga dipenuhi pengetahuan,” ujarnya.
Dengan menggabungkan unsur ekologi, teknologi, dan partisipasi masyarakat, Kota Probolinggo berpotensi menjadi salah satu daerah percontohan RTH berbasis teknologi di Jawa Timur, bahkan di tingkat nasional.
Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan komunitas menjadi kunci utama keberlanjutan program tersebut.
Melalui kerja sama lintas sektor ini, RTH di Probolinggo dapat berfungsi sebagai sumber data lingkungan, pusat pembelajaran, katalis inovasi, sarana rekreasi yang sehat, sekaligus destinasi ekowisata modern.
Lihat juga: Trobosan KKN-T 27 Umsida Remajakan Sekolah Aisyiyah yang Kurang Terawat
“Green space alone is not enough. Probolinggo membutuhkan ruang hijau yang cerdas, edukatif, dan digerakkan oleh masyarakat,” kata Tofan.
Sumber: Tofan Tri Nugroho SE MM
Penulis: Romadhona S.



















