Umsida.ac.id – Hari raya Idul Fitri semakin dekat. Dan orang-orang ramai membicarakan tentang malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah dan kemuliaan yang terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Dalam artikel kali ini, Dr Supriyadi MPdI, dosen mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) akan membahas lebih banyak tentang malam yang istimewa ini.
Lihat juga: Jaga Tubuh Tetap Fit, Ini 9 Tips Mengatur Pola Tidur Saat Puasa
Pengertian Lailatul Qadar
Dr Supriyadi menjelaskan tentang definisi malam Lailatul Qadar yang diambil dari dua kata, yaitu Laila dan Qadar. Laila berarti malam dan Qadar yang memiliki beberapa makna yang merujuk pada arti Al-Qadar, yakni kemuliaan, ketetapan, dan lainnya. Tapi makna yang paling mendekati Al-Qadar adalah kemuliaan.
Hal itu merujuk pada surah AL-Qadar sendiri dari ayat 1-5, khususnya di ayat kedua dan tiga.
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ٣
Artinya: Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.
Kapan terjadinya?
Malam ini hanya terjadi pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Namun, ada riwayat lain yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar tidak hanya terjadi pada malam ganjil saja, tapi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan tanpa penghitungan ganjil dan genap.
“Persoalannya sekarang adalah umat Islam dihadapkan dua perbedaan penanggalan bulan Ramadan. Nah, jadi nanti jika kita mengikuti salah satu aturan tersebut, pas kita mulai puasa lebih dulu, bisa saja mendapat tanggal ganjil, tapi di sisi lain ada yang mulai pada tanggal genap,” ujar Dr Supriyadi.
Namun, sambungnya, hal tersebut tidak perlu dipersoalkan, tentang tanda-tanda mulainya atau bagaimana suasana malam Ramadan. Melainkan yang perlu disiapkan pada sepuluh malam terakhir Ramadan.
Secara normatif, ada hadits tentang malam istimewa ini yang hendaknya diraih pada pada tanggal gasal. Yakni pada HR Bukhari yang berbunyi, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan”.
Lihat juga: 8 Tips Mengatur Keuangan Menjelang Lebaran, Simak Agar Saldo Tak Berakhir 0
Keistimewaan
Lailatul Qadar adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dengan diberikan kesempatan terindah yakni dengan melakukan ibadah di malam Lailatul Qadar. Nilainya sama dengan melakukan ibadah selama seribu bulan lamanya.
Dosen AIK itu menjelaskan, “Kita tidak mungkin menempuh perjalanan hidup selama seribu bulan. Tapi dengan kita beribadah pada malam itu, Allah memberikan apresiasi, pahala, dan kebaikan yang setara dengan seribu bulan,”.
Pada malam itu, seluruh malaikat turun ke bumi. Dari Ibnu Jarir ath-Thabari menjelaskan tentang pahala saat beribadah di malam hari, lebih utama dari seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadarnya. Pada malam ini Allah akan memberikan banyak sekali kebaikan pada manusia yang mau beribadah dan memohon kepada-Nya.
Dan tanda seseorang yang berhasil mendapatkan berkah pada malam Lailatul Qadar adalah hidupnya menjadi jauh lebih baik dan tenang. Ia akan menjadi semakin tunduk, taat, dan istiqomah menjalankan ibadah dan amalan-amalan saleh.
Keistiqomahan dalam melakukan ibadah itu nantinya bisa membuat langkah umat muslim menjadi lebih ringan dalam menghadapi cobaan karena sudah telah memiliki senjata untuk melawannya. Keistiqomahan ini juga sebagai bentuk kejujuran dan keimanan umat.
Kemudian, ia melihat fenomena yang kerap terjadi pada umat muslim saat bulan Ramadan. Tak sedikit dari mereka hanya melakukan pencitraan dan diekspos untuk menunjukkan bahwa mereka telah berbuat sesuatu yang baik di bulan Ramadan.
Lihat juga: Niat Beli Baju Lebaran di Instagram Berakhir Ditipu, Ini Cerita Salah Satu Korbannya
Padahal, dalam masalah kebaikan itu hanya satu rumusnya, yaitu lillah, mengerjakan semua amalan karena Allah. Dan cukup Allah lah yang tahu, biarkan Allah saja yang menilai. Tidak perlu mencampuradukkan penilaian orang lain atau haus validasi. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor seseorang berat melakukan ibadah. Karena ibadah didorong oleh kebutuhan, bukan keinginan.
Penulis: Romadhona S.