Umsida.ac.id – Berawal dari keresahan akan sistem pembelajaran yang dilakukan tanpa bertatap muka, Dr Septi Budi Sartika MPd terapkan model ETNO-STEM dalam strategi pembelajaran IPA yang efektif bagi siswa dan guru selama masa pandemi. ETNO merupakan model pembelajaran yang diambil dari pengamatan terhadap kearifan lokal. Seperti misalnya mengambil contoh dari kawasan Tanggulangin, Sidoarjo yang terkenal akan hasil industri tas dan mengombinasikan dengan konsep Materi IPA Tekanan Zat.
Dalam IPA, dinyatakan bahwa tekanan zat akan berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan luas penampang. “Tekanan zat itu dapat dipelajari dari tali slempang tas. Jika tali tas luas penampangnya lebih lebar, maka akan lebih nyaman digunakan. Berbeda jika dengan bobot yang sama, tali slempangnya kecil, maka akan menjadi sakit. Secara tidak langsung kita belajar IPA di situ. Bila luas penampangnya kecil, maka tekanannya juga kecil,” kata Dosen Pendidikan IPA tersebut melalui podcast youtube #Umsidamenyapa : Cara Mudah Belajar dengan Etno-Stem, Senin (01/02).
Sedangkan STEM merupakan penggabungan antara Science, Technology, Engineering, dan Mathematic. “Karena tuntutan era revolusi industri 4.0, dengan itu STEM melatih konsep IPA, matematika, juga melatih teknologi,” ujarnya. Ia mencontohkan Kabupaten Sidoarjo yang terbagi atas 3 Daerah: pertambangan, industri, dan persawahan. “Nanti dari ketiganya akan dapat diamati dimana daerah dengan tingkat pencemaran lingkungan yang terparah, lalu mengambil sebuah data, memasukkan data tersebut ke dalam bentuk grafik, motion, atau aplikasi. Agar siswa mengerti cara menginterpretasikan sebuah data,” imbuhnya.
Melalui penelitian berbasis pengembangan perangkat dan instrumen pembelajaran ini, Ia menyasarkan ETNO-STEM ini ditekankan kepada siswa agar dapat berpikir kritis (HOTS). “Abdimas kali ini saya aplikasikan instrumen IPA kepada guru-guru IPA SMP Muhammadiyah Se-Sidoarjo di 10 Sekolah,” pungkasnya.
ditulis : Shinta Amalia
Edit : Anis Yusandhita