Inovasi Untuk Berprestasi
Umsida.ac.id– Teknologi mengubah dunia begitu cepat. Frasa dunia lari tunggang‐langgang ini saya pinjam dari Prof Djoko Saryono yang sering disebutkannya dalam berbagai kesempatan, untuk menggambarkan kecepatan perubahan dunia saat ini dan yang akan datang.
Juga ungkapan Prof Waras Kamdi yang saya kutip dalam sebuah Orasi Ilmiah. Perubahan begitu masif di segala lini kehidupan, terutama akibat dari revolusi digital yang telah menciptakan dunia baru di seluruh belahan bumi. Nyaris tidak ada lini kehidupan kita yang tidak mengalami perubahan.
Revolusi Industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang. Era disrupsi terjadi ketika suatu inovasi baru masuk ke pasar dan menciptakan efek
disrupsi yang cukup kuat sehingga mengubah struktur pasar yang sebelumnya.
Fenomena efek disrupsi dapat ditemukan pada lingkungan sekitar, misalnya adanya antara becak, bentor dan ojek pangkalan menjadi ojek online, taksi konvensional, dan taksi argo menjadi taksi online, media cetak menjadi media online atau situs berita dan berbagai mall atau pasar menjadi marketplace atau toko online (ecommerce), dan digitalisasi lainnya.
Di Indonesia, perkembangan Industri 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian. Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, dimana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan teknik otomasi, komputer, dan jaringan internet untuk meningkatkan produktivitas di bidang industri.
Di era digital seperti saat ini, masyarakat dituntut untuk bisa mengikuti perubahan yang terjadi dengan cepat. Salah satu perubahan yang cukup signifikan di era digital dan teknologi seperti sekarang adalah munculnya aplikasi mobile yang menjadi kebutuhan konsumen sehari-hari.
Kebiasaan seperti ini, akhirnya mengubah perilaku para pengiklan dalam memasarkan produknya. Kegiatan berbelanja menjadi lebih mudah dan praktis tanpa harus beranjak dari tempat.
Kemajuan di era digital saat ini, berdampak pada pola hidup masyarakat sebagai konsumen. Dulu orang membeli barang harus berangkat ke toko, sekarang makin dimudahkan dengan cara pembelian secara online. Di era apapun, konsumen memutuskan belanja sesuatu, ada yang memang diputuskan secara rasional, hati-hati, dan sistematis. Tapi ada juga yang lebih mengandalkan aspek emosional.
Keputusan belanja bagi yang rasional, dilalui sesuai tahapan tahapannya. Bagi konsumen yang memutuskan belanja atas pertimbangan emosional, perilakunya berbeda lagi. Ada konsumen yang membeli tanpa berpikir dahulu.
Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir tentang pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum saat ini dan masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi pedagogik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama (kolaborasi) dan berpikir kritis dan kreatif.
Selain itu masyarakat mulai dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 Konsep society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya. Dalam society 5.0 dimana komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi dan dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi dikemudian hari.
Memang rasanya sulit dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan karena saat ini Negara Jepang sudah membuktikannya sebagai Negara dengan teknologi yang paling maju. Terlepas dari apapun teknologi yang akan berkembang nanti, pada prinsipnya pembelajaran masa depan akan berlandaskan gagasan-gagasan, yaitu mengintegrasikan berbagai teknologi, teknologi berperan sebagai fasilitator, akses ke pendidikan dan konten pengetahuan semakin terbuka, pembelajaran diarahkan secara mandiri oleh peserta didik, dan bersifat personal, Guru menjadi pengarah, fasilitator, dan mediator dalam pembelajaran, pengaplikasian prinsip konstruktivisme dimana peserta didik mengkonstruk pengetahuannya sendiri secara terus menerus.
Di sisi lain, inovasi sudah menuntut generasi Z yang lahir pertengahan 1990‐2010 untuk dapat beradaptasi terhadap teknologi. Selain disebut generasi Z atau Gen Z, mereka juga sering disebut digital natives, screensters, gamers, Zeds, atau ada juga yang menyebutnya bagian dari generasi milenial.
Lima tahun yang akan datang, mereka akan lahir sebagai Zeds pertama yang diprediksi bakal mengubah karakteristik dunia kerja. Apa yang istimewa dari generasi baru ini? Mereka digambarkan sebagai Generasi Kreatif yang cerdas teknologi (tech‐savvy), terhubung (connected) dalam kehidupan global di planet bumi, dan pengubah dunia.
Generasi ini membutuhkan jenis layanan belajar baru. Gen Z akan belajar lebih efektif jika mereka diberi “ruang kreatif” untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dengan trial and error. Gen Z menyukai tantangan belajar untuk menemukan, dan mengelola informasi yang didapatkan. Fokus belajar pada berpikir kritis dan pemecahan masalah bukan menghafal informasi. Mereka lebih suka bekerja dalam tim/kelompok‐kelompok kecil.
Kreativitas dan kolaborasi yang alami cocok untuk mereka, apakah itu merupakan kegiatan spontan atau terstruktur. Fleksibilitas untuk belajar dengan cara yang terbaik menjadi kebutuhan mereka. Mereka memerlukan pilihan belajar untuk pengembangan diri dan pilihan karier, sehingga pembelajaran dapat individualized. Hal ini membuat mereka lebih reflektif dan mandiri daripada generasi peserta didik lainnya
Penulis: Rahmania Sri Untari
Editor: Rani Syahda Hanifa
*Humas Umsida