Umsida.ac.id – Pemerintah telah membuat program sekolah rakyat di berbagai daerah.
Usulan tersebut berasal dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pihak swasta yang bersedia menyediakan lahan serta bangunan.
Lihat juga: Menyoal Sekolah Rakyat, Menjawab Tantangan Pendidikan atau Sekadar Pemenuhan Kepuasan Politis?
Pemerintah menargetkan berdirinya 500 sekolah rakyat di wilayah kantong-kantong masyarakat yang ekonominya paling lemah. Program juga diarahkan agar menjangkau lapisan menengah bawah.
Antusias Siswa dan Tantangan Besar Program Sekolah Rakyat
Salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Dian Rahma Santoso MPd, berkesempatan untuk mengajar di sekolah tersebut.
Dr Dian, sapaannya, mengajar di salah satu Sekolah Rakyat Menengah Pertama 16 Malang.
“Di sana, proses pembelajaran berlangsung di kampus Poltekom karena gedung tersebut banyak yang tidak terpakai sehingga anak-anak sekolah rakyat sehari-hari belajar di situ,” tuturnya.
Walaupun masih menggunakan gedung lain, tapi para siswa akan dibuatkan gedung sendiri.
Saat mengajar, Dr Dian melihat antusias para siswa yang sangat tinggi untuk belajar.
“Hal tersebut terlihat ketika mereka diminta untuk menghafal teks atau naskah dan menyusun sebuah urutan kegiatan dengan sangat bersemangat dan ingin menampilkan yang terbaik,” katanya.
Di sisi lain, ia juga mengalami beberapa tantangan, misalnya saja beberapa anak yang terlihat ogah-ogahan untuk sekolah.
Ketika berbincang dengan para guru, Dr Dian menyebutkan bahwa tantangan tak hanya kepada para siswa, tapi juga orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting.
“Para orang tua di sini kurang memotivasi bahwa sekolah itu penting. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa kesadaran akan pendidikan masih rendah,” kata dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Ada pula orang tua yang menyuruh anaknya untuk bersekolah di sini hanya untuk coba-coba saja.
Jika memang dalam kurun waktu tertentu sang anak tidak betah ,maka orang tua tersebut tidak memaksa mereka untuk melanjutkan sekolahnya.
Menurut Dr Dian, program ini merupakan program yang sangat menguntungkan bagi masyarakat. Di sini para siswa memiliki tempat tinggal, tempat belajar, fasilitas, bahkan hingga makanan yang telah tersedia.
“Seharusnya para orang tua bangga karena anak mereka bisa bersekolah apalagi dengan semua fasilitas tersebut. Namun masih ada sebagian yang malah menurunkan semangat anaknya,” tandasnya.
Pengenalan Public Speaking
Berkesempatan mengajar, Dr Dian mengenalkan public speaking kepada para siswa untuk Pagelaran Seni yang ditampilkan di sekolah.
Sebanyak 100 siswa mengikuti materi public speaking ini. Pelajaran ini sangat penting karena jika nanti ada kegiatan atau acara di sekolah, pihak sekolah memiliki potensi dari para siswa yang memiliki kemampuan public speaking.
Dua siswa terpilih untuk menjadi pembawa acara dalam kegiatan pentas seni yang telah dilatih oleh Dr Dian.
Saat melatih public speaking, ibu tiga anak itu merasakan sekali betapa antusiasnya para siswa untuk belajar.
Bahkan mereka yang tidak terpilih untuk menjadi pembawa acara pun masih bersemangat untuk mencoba lagi.
Usulkan Kolaborasi Dua Kementerian
Sekolah rakyat merupakan program yang di bawah naungan Kementerian sosial, sedangkan sekolah pada umumnya berada di bawah naungan Kemendikdasmen.
Dari perbedaan ini Dr Dian menyarankan agar sekolah rakyat ini dikolaborasikan antara dua Kementerian tersebut.
Hal tersebut ditujukan untuk memaksimalkan potensi khususnya anak-anak yang selaras dengan anak-anak lainnya yang tidak berada di sekolah rakyat.
“Terkait pemilihan guru atau kurikulum, Kemendikdasmen bisa adil dalam hal tersebut. Sedangkan terkait pemetaan dan pembiayaan, maka Kemensos yang bisa menanganinya,” saran Dr Dian.
Menurut Dr Dian, ada beberapa indikator keberhasilan sekolah rakyat ini, diantaranya adalah mengikuti kurikulum nasional yang sudah dibuat oleh Kemendikdasmen yang telah diterapkan di seluruh Indonesia daripada sekolah rakyat membuat peraturan tersendiri bagi siswanya.
Pada saat ia mengabdi di sekolah rakyat, para siswa sangat antusias menyambut orang baru dan juga menyerap ilmu baru.
“Terlihat sekali mereka sangat ingin meraih pendidikan. Cara mereka memperhatikan, cara mereka menangkap ilmu baru, mengerjakan tugas, mereka sangat ingin sama dengan teman-teman lain yang ekonominya lebih stabil,” tandasnya.
Hal tersebut dikarenakan siswa di sekolah rakyat adalah mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah.
“Sekolah rakyat merupakan program yang sangat bagus untuk mengentaskan kemiskinan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan,” imbuh doktor lulusan Universitas Negeri Malang itu.
Jadi katanya tidak masalah jika program ini masih dinaungi oleh Kementerian Sosial.
Namun alangkah baiknya jika program ini dikolaborasikan dengan kementerian pendidikan dasar dan menengah.
“Para akademisi bisa berkunjung ke sini dan berdiskusi dengan kepala sekolah terkait apa yang dibutuhkan di sekolah ini,” tutur Dr Dian.
Berdasarkan pengalamannya, para pengelola sekolah rakyat tersebut sangat membutuhkan banyak bantuan dari para akademisi.
LIhat juga: Gelar Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial, FPIP dan FST Umsida Latih 144 Sekolah
Bahkan pada materi sekecil apapun, selagi ada akademisi yang mau mengajari mereka, maka pihak sekolah akan dengan senang hati menerimanya.
Penulis: Romadhona S.