Umsida.ac.id – Ratusan hasil penelitian menyebutkan bahwa puasa Ramadhan memiliki efek yang baik terhadap kesehatan pelakunya itu sendiri tidak hanya pada aspek jismiyah (fisik) sekaligus nafsiyah (mental) dan ruhiyah (spiritual).
Lihat juga: Ibadah Puasa, Perisai Bagi Godaan Lapar, Haus, dan Nafsu
Kesehatan jismiyah menyebutkan bahwa dengan berpuasa ramadhan, terjadi detoksifikasi, yakni suatu proses alami yang dilakukan oleh organ tubuh seperti hati, paru-paru, ginjal, kulit, dan sistem pencernaan untuk menghilangkan zat-zat beracun dari tubuh untuk membantu menjaga keseimbangan dan mencegah dari berbagai penyakit.
Proses ini akan sangat mudah dilakukan oleh tubuh jika didukung oleh pola makan dan pola hidup kita, seperti minum air yang cukup, mengkonsumsi makanan yang kaya serat, berolahraga dan tidur yang cukup.
Pola Makan Ala Rasulullah
Pola seperti ini sesungguhnya telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, melalui beberapa hadis misalnya:
1. Berbuka dengan Kurma dan Air Putih
Pertama, berbuka dengan kurma dan air putih sebagaimana dari sabdanya:
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَالْمَاءُ، فَإِنَّهُ طَهُورٌ
“Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena ia adalah berkah. Jika tidak ada, maka dengan air, karena ia adalah suci.” (HR. Abu Dawud No. 2355, Tirmidzi No. 694)
Buah kurma dalam terminologi ini, bisa diartikan sebagai kesunnahan berbuka dengan kurma itu sendiri, atau bisa dimaknai dengan sejenis buah-buahan yang memiliki serat tinggi.
Umat Islam yang tidak memiliki buah kurma dapat menggantikan dengan buah-buahan berserat tinggi seperti pir, apel, alpukat, pisang, pepaya, mangga, dan sebagainya.
Buah-buah tersebut dikonsumsi dan didampingi dengan air putih sebagai iftar (takjil) sebelum melaksanakan shalat maghrib.
Makan untuk berbuka dikonsumsi setelah shalat maghrib dengan cara tidak berlebihan. Perhatian rasul tentang cara berbuka ini dituangkan dalam haditsnya sebagai berikut:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidak ada bejana yang lebih buruk untuk diisi oleh manusia selain perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan punggungnya. Jika harus (makan lebih), maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi No. 2380, Ibnu Majah No. 3349)
Pola tersebut jika dilakukan sebagai cara hidup sehat (lifestyle), ibadah puasa kita memberikan manfaat yang baik pada tubuh.
Kurma atau buah berserat tinggi mengandung gula alami (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) yang dapat diserap secara cepat oleh tubuh sehingga langsung mengembalikan energi setelah seharian berpuasa.
Buah-buahan kaya serat menyehatkan pencernaan dan membantu mencegah sembelit, serta mempersiapkan sistem pencernaan untuk menerima makanan utama setelah shalat.
Urutan Jenis Makanan dan Minuman
Makanan utama yang disediakan bukan dengan berbagai makanan yang lezat-lezat dengan maksud untuk menggantikan makan siang dan makan malam yang tertunda.
Namun Rasulullah mengajarkan untuk makan secukupnya tidak lebih dari sepertiga kemampuan lambung, karena dua pertiga bagian disediakan untuk air dan udara dalam proses pencernaan kimiawi dan mekanik.
Dan air putih yang diminum pada saat berbuka puasa bermanfaat untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang selama berpuasa dan mencegah dehidrasi serta membantu penyerapan nutrisi.
Dengan mengkonsumsi kurma atau buah berserat tinggi sebagai iftar (takjil) juga bermanfaat secara spiritual yakni akan membantu khusyu dalam shalat maghrib, karena dalam kondisi perut yang masih lapar meningkatkan fungsi otak sehingga ia bisa khusyuk dan fokus dalam ibadah.
Namun jika langsung diisi makanan berat tubuh akan terasa lemas dan mengantuk yang bisa mengurangi kekhusyukan dalam shalat.
2. Puasa Didahului dengan Sahur
Kedua, berpuasa didahului dengan makan sahur. Dalam hal ini rasulullah sangat menganjurkan melalui haditsnya:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah, karena dalam sahur ada keberkahan.” (HR. Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)
Keberkahan dalam konteks hadits tersebut dapat bermakna menyehatkan dan mendapatkan pahala.
3. Menjaga Pola Hidup Sehat
Ketiga, menjaga pola hidup sehat dengan menjaga keseimbangan antara ibadah dan istirahat serta menghindari makanan berlebihan.
Tubuh kita setelah terdetoksifikasi, perlu dijaga agar tubuh kita tetap bersih dari pelbagai macam racun dan penyakit.
Makanan yang kita masukkan dalam tubuh kita mestinya harus terjaga dari kehalalan dan kebaikannya.
Hal tersebut bertujuan agar tidak menjadi racun dalam tubuh yang berakibat merangsang tumbuhnya zat-zat menyimpang dalam tubuh kita hingga menjadi kanker atau memaksakan kinerja pencernaan untuk mengolah makanan yang dimasukkan berlebih atau mengandung banyak racun.
Dalam hal ini Allah Swt mengingatkan kepada kita melalui firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya: Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata. (QS. Al-Baqarah [2]:168).
Lihat juga: 4 Korelasi Ibadah Puasa dan Ketakwaan dalam Islam yang Harus Diketahui
Dengan menerapkan sunnah Rasulullah saw dalam berpuasa tersebut, kita tidak hanya mendapatkan pahala tetapi juga manfaat kesehatan yang luar biasa. (bersambung)
Penulis: Rahmad Salahuddin TP SAg MPdI