Umsida.ac.id – Bangun kerja sama dengan Permata Desa di Bogor, Program Studi (Prodi) Agroteknologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menginisiasikan program Aklimatisasi Tanaman Hias untuk diekspor ke Amerika. M Abror SP MM, Dosen Prodi Agroteknologi mengungkapkan, program ini merupakan gagasan dari Prodi Agroteknologi. “Prodi agroteknologi membantu dalam pengelolaan tanaman hias ini sedangkan pengembangan dan pengawasannya dilakukan langsung oleh h Direktorat Pengembangan Bisnis dan Investasi (DPBI) Umsida,” tuturnya dalam kegiatan Kunjungan Kerja Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo dan Penandatanganan MoA, Rabu (29/12).
Melalui kerja sama ini, Prodi Agroteknologi mengambil peran sebagai tempat pembesaran dan pengembangan budidaya tanaman hias. Sementara itu, Permata Desa sebagai distributor dan Bio Hutanea sebagai penyedia bibit tanaman hias.
Dalam jangka panjang, Umsida memproyeksikan bisa menyuplai sendiri bibit tanaman hias. “Saat ini, Bio Hutanea hanya menyiapkan bibit untuk sementara. Karena kebutuhannya mendesak. Juni ini sudah harus ekspor ke Amerika dan pesanan juga banyak,” ungkapnya.
Ia mengimbuhkan, kedepannya hubungan kerja sama ini ditargetkan bisa terjalin dua arah saja. Sehingga Umsida bekerja sama hanya dengan permata desa untuk memasok bibit tanaman hias sendiri. “Jadi bibit yang biasanya dikirim dari Bio Hutanea itu nanti kita sendiri yang akan menyiapkan dan sekaligus sebagai bekal soft skill mahasiswa Agroteknologi ketika lulus nanti,” jelasnya.
Dosen Prodi Agroteknologi tersebut menuturkan, ada 4 jenis tanaman yang menjadi fokus dalam program ini, diantaranya Sexy Pink, Keladi Cina, Keladi Minyak, dan Thaigreen Hybrid. Proses aklimatisasi tanaman hias itu sendiri berlangsung selama 1 bulan, kemudian proses pengembangan dan pembesaran dilakukan selama 3-4 bulan.
M Abror SP MM mengatakan, tidak ada kendala yang signifikan dalam proses pengembangan budidaya tanaman hias ini. “Kendala utama memang panas kalau di Sidoarjo, kalau di dataran tinggi lebih bagus. Cuaca mendukung sekali di sana,” ucapnya.
Namun untuk mengantisipasi kendala tersebut, ia mengatakan Umsida sudah menyiapkan green house untuk aklimatisasi yang muat sekitar 5000-6000. “Green house dibuat dengan motif tertentu supaya suhunya atau lingkungannya bisa beradaptasi,” imbuhnya.
Terakhir, ia berharap agar melalui program ini Umsida bisa berkembang dari segi bisnis dan merambah ke dunia industri. “Selama ini kultur jaringan hanya sebatas untuk praktikum saja. Maka dari itu, nanti kami harapkan kultur jaringan itu bisa produksi, skalanya bukan skala biasa, namun kedepannya bisa jadi skala industri dan produksi sendiri,” pungkasnya.
Ditulis : Shinta Amalia Ferdaus
Edit : Asita Salsabila