Umsida.ac.id – Ajak mahasiswa pahami deep learning, program studi Informatika Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) gelar webinar series secara daring melalui zoom live, Sabtu (22/8).
Webinar series informatika yang bertajuk Deep Learning: Model, Concept, dan Implementation ini menghadirkan narasumber Dr Ridho Rahmadi SKom MSc, Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) dan Yulian Findawati ST MMT, Dosen Prodi Informatika Umsida.
Dalam sesinya, Dr Ridho, dosen sekaligus Head of Data Science Center UII ini menjelaskan bahwa prinsip kerja dunia nyata dalam level kecerdasan manusia menghasilkan implikasi. “Ketika kita melihat dunia nyata itu seperti melihat sesuatu atau menangkap sesuatu yang kemudian kita ingin membuat keputusan. Keputusan ini kemudian menghasilkan implikasi seperti ingin melakukan decision, reasoning, dan prediction,” paparnya.
Kemudian, lanjut Dr Ridho, ketika berbicara kecerdasan manusia itu dibuat seperti simulasi. “Kita coba replikasi intelegensinya atau kecerdasan kita itu pada teknis yang dipahami pada komputer. Cara berpikir kita diterjemahkan, kita kasih tahu kepada komputer. Begini caranya ketika kamu membuat keputusan. Sehingga dengan melibatkan komputer, kita bisa melakukan proses-proses yang otomatis,” jelas Head of research laboratory di Departemen Informatika itu.
Selain itu, dalam sesi tanya jawab, Dr Ridho menyampaikan bahwa model deep learning mampu mendiagnosa covid-19 dengan persentase 90%. “Saat ini sedang dilakukan penelitian mengenai model deep learning dengan persentase 90%. Jadi aplikasinya itu cukup memfoto hasil rontgen paru-paru dan setelah itu keluar hasil positif dan negatifnya. Sehingga hal itu bisa menjadi alternatif sebelum dilakukannya swap atau rapid tes,” ungkapnya saat menjawab pertanyaan dari Ahmad Habib, salah satu peserta webinar.
Sisi lain, Yulian Findawati ST MMT, dosen program studi Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Umsida membandingkan sisi implementasi deep learning 10 tahun lalu dengan sekarang pada google translate. “Nama Project untuk deep learning pada Google disebut dengan Google Brain, yang salah satunya adalah Google Translate. Dahulu ketika mengakses Google Translate, pembaca harus mengetahui aturan-aturan bahasa, sehingga itu sangat membingungkan.
Namun, sekarang aturan-aturan itu dialokasikan dari teks dengan menganalisis sejumlah dokumen dalam skala besar sehingga lebih mudah di pahami dibandingkan 10 tahun yang lalu,” pungkasnya.
ditulis : Erika Mulia Arsy
Edit : Etik Siswati