Umsida.ac.id – Fakultas agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FAI Umsida) melaksanakan seminar internasional dengan tema “Identitas Kebudayaan dan Keagamaan Bagi Muslimah di Era Transformasi Global” di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kamis (08/02/2024). Seminar ini diisi oleh seorang cendekiawan perempuan yang juga penasehat Universitas Al Azhar Mesir yakni Prof Dr Nahla Sabri El Saidy.
Dalam acara kali ini juga, turut hadir Prof KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin MA PhD atau biasa dikenal dengan prof Din Syamsuddin, seorang tokoh Muhammadiyah yang juga pernah menjabat sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015.
Lihat juga: Peran Pemuda dalam Menjaga Keberagaman Harus di-Ejawantahkan Sebagai Generasi Emas 2045
Atau lebih tepatnya, beliau merupakan Ketum PP Muhammadiyah sebelum Prof Dr KH Haedar Nashir MSi yang sekarang sedang menjabat. Selain itu, terdapat lebih dari 1000 peserta yang terdiri dari mahasiswa Umsida, beberapa perguruan tinggi yang bekerja dengan FAI Umsida, dan siswa SMA/MA sederajat se-Jawa Timur.
Acara dibuka dengan adanya pengenalan tentang FAI Umsida. Setelah itu, terdapat penampilan tari kontemporer nusantara Manuk Dadali dan Ondel-Ondel dari mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Umsida. Dekan FAI Umsida, Dr Imam Fauzi LC MPd dalam sambutannya, menyampaikan bahwa pertemuan pertama ini, adalah kesempatan untuk menjadi pembuka atas pertemuan-pertemuan berikutnya.
“Selamat datang kepada Prof Din dan Prof Nahla. Kami sangat gembira atas kedatangannya. Semoga seminar internasional yang juga pertemuan pertama ini diikuti dengan pertemuan yang lain, atau bisa disambung dengan pertemuan mahasiswa kami, atau dosen yang akan melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar Mesir,” ucap Dr Imam.
Pentingnya peran perempuan dalam Islam
Dekan FAI tersebut menjelaskan bahwa tema kebudayaan dan perempuan dipilih karena diketahui bahwa Islam sangat memperhatikan hal yang berkaitan dengan perempuan. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa perempuan memiliki peran penting, bahkan dalam hal mencari rezeki.
Lihat juga: Usai Bahas Kriteria Pemimpin, Rektor Umsida Ungkap Konsep 5K
“Seperti putri Nabi Syu’aib yang harus menggembala kambing milik keluarganya karena sang ayah sudah tua. Itu merupakan contoh kecil peran wanita di kehidupan sehari-hari. Masih banyak wanita lain yang menjadi perhatian Islam. Mereka melakukan hal tersebut tentunya tetap memperhatikan identitas keagamaan dan budaya Islam,” tuturnya.
Antusias peserta seminar
Kegiatan ini sangat menarik antusias peserta. Seperti yang dirasakan oleh Silva Jasmine Rolia dari MA Persis 2 Bangil, Pasuruan. Ia mendapatkan informasi tentang seminar internasional ini dari asatizah-nya yang membuat Silva, sapaan akrab santri ini, antusias untuk berpartisipasi. MA Persis 2 Bangil sendiri mengirimkan 16 santriwati untuk menjadi peserta seminar. Hal ini juga yang menjadi bukti antusias mereka.
“Masyaallah, saya sangat senang karena bisa bertemu dengan penasehat Al Azhar Mesir yang mana di pesantren saya banyak sekali santri yang berminat untuk melanjutkan studi di Al-Azhar. Dan untuk kita yang tertarik dengan bahasa Arab, Insyaallah suatu hari akan bermanfaat,” ucapnya.
Lihat juga: Cerita Prof Mu’ti Tentang Buya Hamka, Bung Karno, dan Muhammadiyah
Terlebih lagi, sambung Silva, menteri yang diangkat pada seminar ini membahas tentang penjagaan wanita dalam Islam. Terlebih dengan isu-isu feminisme yang mengatakan bahwa wanita itu dikekang dan terbatas.
“Apalagi bagian yang paling berkesan bagi saya adalah ketika ada pembahasan bahwa orang-orang barat mengira Islam memberikan kekangan. Tapi sebaliknya, Islam memberikan kebebasan dan penjagaan dengan kadar tertentu sesuai dengan syariat Islam. Dan itulah yang membedakan wanita Islam dengan wanita-wanita lainnya,” tandas Silva.
Penulis: Romadhona S.