Umsida.ac.id – Akhir-akhri ini, tren olahraga semakin digemari masyarakat, mulai dari jogging, lari, hingga mendaki gunung.
Namun, seperti olahraga fisik pada umumnya, kegiatan tersebut tentu memerlukan persiapan yang matang, tak hanya sekedar ikut-ikutan saja karena bisa berdampak fatal bila terjadi cedera otot.
Lihat juga: Mahasiswa Fisioterapi Umsida Dibalik Medali Perak Basket Putri Jatim di PON 2024
Cedera otot merupakan tantangan besar yang dapat menghambat gerak fisika.
Namun, dengan pendekatan fisioterapi yang tepat, pemulihan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.
Dosen Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Bagas Anjasmara S Tr Ft M Fis mengatakan bahwa ada beberapa strategi fisioterapi yang dapat mengatasi cedera otot, pentingnya R.I.C.E, serta tantangan yang dihadapi fisioterapis di lapangan.
Fisioterapi Jadi Solusi Pulihkan Cedera Otot

Cedera otot adalah hal yang sering dialami kegiatan olahraga dan atlet, terutama dalam olahraga yang memerlukan gerakan intens.
Ia mengatakan, “Fisioterapi berperan penting dalam pemulihan cedera otot, seperti mengurangi nyeri dan bengkak, mengembalikan gerakan serta kekuatan otot, dan yang paling penting, mencegah cedera berulang.”
Dengan penerapan fisioterapi yang tepat, imbuhnya, pegiat olahraga dapat kembali berlatih dengan aman dan mempersiapkan tubuh mereka untuk performa optimal.
Fisioterapi dimulai dengan langkah-langkah pengurangan nyeri dan pembengkakan menggunakan teknik seperti kompres es dan pengaturan posisi tubuh.
Latihan penguatan otot serta latihan keseimbangan juga sangat penting untuk memastikan tubuh tidak hanya pulih, tetapi juga siap untuk menghadapi beban latihan dan kompetisi kembali.
“Di sini fisioterapis membantu mengawasi setiap tahap pemulihan dengan hati-hati untuk menghindari cedera yang berulang,” terangnya
Teknik R.I.C.E dan Tantangan di Awal Pemulihan

Pada tahap awal pemulihan, teknik R.I.C.E (Rest, Ice, Compression, Elevation) adalah langkah utama yang harus diterapkan.
“Pada saat cedera terjadi, penting untuk segera memberikan istirahat pada area yang cedera, lalu kompres es untuk mengurangi pembengkakan, menggunakan perban elastis untuk memberikan tekanan, dan mengangkat kaki atau tangan untuk mempercepat aliran darah,” jelasnya.
Penerapan metode ini sangat membantu dalam mengurangi nyeri dan mencegah cedera semakin parah.
Namun, Bagas menjelaskan bahwa setiap orang memiliki masa sembuh yang berbeda-beda.
“Banyak yang ingin segera kembali, tetapi otot yang belum siap bisa memperburuk kondisi dan memperpanjang masa pemulihan,” katanya Bagas.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi fisioterapis untuk mengatur kembali ekspektasi mereka dan menjaga pemulihan tetap pada jalurnya.
Cara Mencegah Cedera Ulang

Walau masa pemulihan memakan waktu yang cukup lama, namun Bagas memiliki beberapa cara agar cedera tersebut seminimal mungkin terjadi lagi.
“Sebaiknya latihan penguatan otot dan keseimbangan tubuh yang harus dilakukan secara bertahap,” terang dosen yang biasa menangani atlet profesional itu.
Latihan tersebut sangat penting lantaran dengan tubuh yang lebih kuat dan lebih seimbang, resiko cedera berulang dapat dikurangi.
Selain itu, teknologi modalitas seperti ultrasound dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) juga membantu mempercepat pemulihan.
“Teknologi ini membantu mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Meskipun demikian, teknologi hanya alat pendukung. Latihan aktif tetap menjadi yang utama,” tambahnya.
Melalui kombinasi latihan terarah dan teknologi, atlet tidak hanya pulih dengan lebih cepat tetapi juga lebih siap menghadapi kompetisi tanpa takut cedera berulang.
Lihat juga: Gandeng KineticX Indonesia, Fisioterapi Umsida gelar Screening Atlet Inline Skate Sidoarjo
“Kunci sukses dalam pemulihan cedera terletak pada kesabaran, pengawasan yang ketat, serta metode fisioterapi yang tepat,” tutup Bagas.
Penulis: Novia