Umsida.ac.id– Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) bersama Hima Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) adakan workshop Public Speaking di mini teater lt 5 Umsida, Selasa (21/05/2024).
Workshop Public Speaking
Kegiatan dibuka dengan sambutan Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Umsida Dr Eko Hardiansyah MPsi Psikolog.
Menurutnya, public speaking merupakan issue yang cukup penting pada saat ini, problem utama gen z saat ini adalah perasaan tidak aman atau insecure.
“Barangkali mereka terlihat luar biasa di media sosial, tetapi ketika berhadapan dengan orang secara nyata seringkali lemes kayak krupuk,” ujarnya.
Dr Eko menambahkan “lawan dari insecure adalah secure yaitu rasa aman yang dibuktikan dengan seseorang itu bisa memunculkan rasa bangga pada dirinya, meskipun ada kesulitan orang-orang yang secure cenderung memiliki kesabaran untuk bisa menyelesaikan kesulitannya,” terangnya.
Baca juga: Prostitusi Online, Apa Karena Budaya Barat? Ini Kata Studi
Wakil Dekan FPIP, sekaligus dosen bidang psikolog ini juga memaparkan bahwa orang-orang secure akan mudah memunculkan semangat dan mampu mengatasi kesulitas yang dihadapi bahkan mencegahnya sebelum terjadi.
“Bagi orang yang memiliki harapan di masa depan penting memiliki rasa secure. Orang orang yang bahagia, sabar dan semangat tentu akan tampak seperti orang yang punya percaya diri. Sebagai mahasiswa bidang pendidikan yang nantinya menjadi guru atau pengajar wajib punya percaya diri di hadapan siswanya,” jelasnya.
Memasuki sesi pemaparan materi, Rani Syahda Hanifa SPd sebagai narasumber mengajak audience untuk berdiskusi sejenak mengenai seperti apa perspektif mereka memahami public speaking.
Banyak diantara mereka ingin menjadi seorang public speaker seperti orator, master of ceremony, moderator dan lainnya.
Sayangnya, banyak diantara mereka yang seringkali terhambat karena masalah minimnya rasa percaya diri kemudian menimbulkan nervous bahkan insecure.
Dalam sesi diskusi pun banyak yang masih ragu mengungkapkan argumennya. Kebanyakan bukan karena tidak tau jawaban dari setiap topik diskusi, tapi karena takut dan tidak percaya diri.
“Problem utama seorang public speaker adalah nervous dan tidak percaya diri, meski hal ini wajar dimiliki setiap manusia tapi sebagai public speaker harus mampu mengendalikan dan mengelola rasa nervous itu dalam dirinya,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya “mulai hari ini rubahlah mindset kalian, percayalah kalian mampu dan layak berbicara di depan umum, persiapkan bahan sebaik mungkin dan mulailah berbicara”.
Setelah mendengarkan ungkapan narasumber ditengah sesi diskusi tadi, peserta mulai mencair dan perlahan ingin mengungkapkan argumennya.
Selanjutnya, staf humas dan protokoler Umsida itu mulai menjelaskan apa itu public speaker, apa saja jenisnya dan bagaimana mengendalikan diri agar mampu percaya diri.
Tak ketinggalan tips dalam pembuatan materi, membuat penampilan yang menarik dan sesuai, hingga membuat body language yang baik dan menarik pun ia bagikan.
“Public speaking bukan selalu harus tampak elegan tapi juga bukan selalu membara. Public speaking sangatlah luas dan banyak sekali jenisnya maka sesuaikan diri kalian. Jika menjadi orator maka harus semangat dan membara, jika menjadi seorang MC dalam kegiatan formal maka harus tampak elegan, jika dalam acara non formal maka harus ceria. Jangan sampai salah menempatkan diri ya,” terangnya.
Baca juga : Sulitnya Menjadi Perempuan yang Memiliki 3 Peran Sekaligus
Sesi akhir panitia mengarahkan peserta untuk membagi kelompok, dan memberikan tugas untuk membuat naskah. Kelompok yang terbaik mendapatkan hadiah hiburan dari panitia.
Di akhir ses Rani Syahda yang juga sebagai alumni PBI Umsida memberikan closing statemennya.
“Faktanya tidak ada manusia yang terlahir sebagai seseorang yang ahli dalam bidang public speaking, Maka percayalah dirimu tidak pernah lebih buruk dari orang lain, teruslah berlatih dan berkarya, Cause Practice make you perfect,” tandasnya.
Penulis: Rani Syahda
*Humas Umsida