Umsida.ac.id – Salah satu potensi Sumber Daya Alam yang dimiliki Desa Tambakrejo adalah pohon rambutan. Rambutan merupakan buah tropis musiman , daging buah ini sangat kaya akan vitamin bagi tubuh manusia terutama vitamin C dan banyak disukai di kalangan masyarakat karena bentuknya yang unik (berambut) dan rasanya yang manis. Buah ini juga dapat dikelola baik daging, biji, maupun kulitnya. Maka dari itu tim Kuliah Kerja Nyata UMSIDA memanfaatkan buah rambutan di Desa Tambakrejo untuk dijadikan teh “Kura” yang berasal dari kulit rambutan serta “Seleira TEJO” dari daging rambutan, Senin (27/01).
Ide dalam pembuatan produk teh dan selai didapat dari Tim KKN setelah melakukan observasi dan menemukan potensi dalam desa Tambakrejo. Hampir semua warga disini memiliki tanaman buah rambutan sehingga Tim KKN UMSIDA mencoba menciptakan inovasi baru dalam pengolahan buah ini. Setiap kali warga mengonsumsi buah ini, banyak limbah kulit rambutan yang terbuang begitu saja. Padahal kulit rambutan sendiri memiliki banyak manfaat seperti dapat mengobati diare, sebagai antioksidan dan mencegah hiperkolestrol.
Pembuatan teh dari kulit rambutan ini cukup mudah yaitu dengan cara mencuci kulitnya terlebih dahulu lalu memotongnya kecil-kecil dan dikeringkan menggunakan lampu selama sehari. Selain itu bisa juga memanfaatkan sinar matahari dengan estimasi waktu pengeringan selama dua sampai tiga hari hingga benar-benar kering yang ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat tua. Selanjutnya, Teh Kura siap untuk di minum dengan menambahkan gula pasir secukupnya. Tea ini bisa dinikmati dalam kondisi panas maupun dingin. “Rasa teh ini hampir sama dengan teh pada umumnya, namun masih memiliki aroma rambutan yang khas di dalamnya” ujar Rahmadhani, Koordinator KKN UMSIDA Desa Tambakrejo. Rahmadhani mengatakan “semua jenis rambutan dapat di oleh menjadi teh”.
Selain itu, dagingnya juga dapat diolah menjadi selai dengan cara memisahkan biji dan kulitnya hingga bersih. Kemudian menghaluskan dengan cara di blender dengan tetap menyisakan bulir dagingnya. Lalu, dimasak seperti membuat selai pada umunya dengan menambahkan gula, garam, dan asam sitrat. Setelah itu tunggu hingga mengental dan selai siap untuk dinikmati.
Tim KKN UMSIDA berharap dengan adanya inovasi ini dapat meningkatkan nilai jual dan membawa perubahan pada ekonomi warga.
Penulis: Dwi Wahyu Malasianingsih
Editor: Rahmadhani Rizky