Umsida.ac.id – Dalam konteks peradaban, maka pencerahan haruslah dipertahankan. Karena pencerahan adalah awal dari bangkit dan terjaganya peradaban. Pencerahan ini bukanlah pencerahan seperti yang diselenggarakan di Eropa pada abad pertengahan dalam gerakan “Renaissance” (kelahiran kembali) pada periode tahun 1300 – 1700 dan gerakan “Aufklarung” (bahasa Inggris: Enlightenment) pada tahun 1700-an hingga kini. Gerakan Renaissance dan Aufklarung ini saling melengkapi.
Kebangkitan kembali rasionalitas Yunani Kuno dan mematikan semangat spiritualitas dan religiusitas ditopang dengan semangat Aufklarung Kantian yang mengedepankan individualisme dengan ekspresi semangat “Aude Sapere”.
Yakni sebuah keberanian untuk menggunakan pemahaman sendiri (the courage to use your own understanding) dengan mengabaikan entitas/otoritas di luar diri. Inilah yang melahirkan peradaban modern (gerakan modernisme) dalam bentuk ideologi yang kemudian dikembangkan dengan semangat sains (logico-hypothetico-verifikatif). Yakni ideologi kapitalisme dan komunisme serta berbagai turunan politik-ekonomi dari kedua ideologi tersebut menjadi peradaban modern. Kapitalisme dan komunisme meski terlihat berseberangan, bahkan bermusuhan, namun keduanya adalah anak kandung dari modernisme.
Lihat juga: Ulama dan Pemimpin Bisa Jadi Penyebab Rusaknya Negeri
Bagi kaum Muslimin, penolakan atas modernisme adalah karena ilmu positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi. Akibatnya nilai-nilai moral dan religius kehilangan wibawanya. Dengan demikian, timbullah disorientasi moral-religius, yang pada gilirannya mengakibatkan pula meningkatnya kekerasan, keterasingan, depresi mental, korupsi, dan seterusnya. Materialisme menjadikan materi sebagai kenyataan terdasar.
Materialisme ontologis ini didampingi pula dengan materialisme praktis, yaitu bahwa hidup pun menjadi keinginan yang tak habis-habisnya untuk memiliki dan mengontrol hal-hal material. Dalam hal ini aturan main utama tak lain adalah prinsip evolusionisme survival of the fittest, atau dalam skala lebih besar: persaingan dalam pasar bebas yang mematikan spirit kerjasama dan ta’awun (tolong menolong).
Etika persaingan dalam mengontrol sumber-sumber material inilah yang merupakan pola perilaku dominan individu, bangsa, dan perusahaan-perusahaan modern.
Pencerahan di abad pertengahan itu menghadirkan era modern yang mana menegasikan keberadaan kekuatan wahyu dan melahirkan materialisme yang kini pun tengah banyak ditentang. Dan materialisme ini menjadi kehancuran bagi peradaban modern itu sendiri. Dan bisa jadi ini menjadi pilihan motivasi orang meninggalkan spiritualitas moral yang menjadi kehancuran yang direpresentasi oleh Kompol Yuni.