Umsida.ac.id – Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono MS, Tim Teknis Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (PPAPT Kemdikti Saintek) memberikan motivasi dan pengembangan akademik KIP-K kepada para mahasiswa KIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Lihat juga: Umsida Jadi Tuan Rumah Sosialisasi KIP-K PPAPT Kemendikti Saintek 2025
Kegiatan ini diikuti oleh 100 mahasiswa KIP-K Umsida 2025 di ruang Mini Teater pada Kamis, (26/6/2025).
“Umsida termasuk penerima KIP yang cukup besar, satu tahun bisa 300 mahasiswa yang membuat Umsida jadi PTS terbesar di LLDIKTI Wilayah 7 yang menerima KIP,” terangnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, di kesempatan ini, para mahasiswa bisa berdiskusi terkait KIP-K.
“Alhamdulillah, walaupun saat ini sistem kementerian yang dipisah, kita perjuangan setidaknya yang on going tetap berjalan, tidak boleh tertunda,” ujarnya.
Mahasiswa KIP-K Punya Peran yang Sangat Penting
Di kesempatan ini Prof Yonny akan berbagi tentang terkait peran KIP Kuliah dalam membangun dan mewujudkan mahasiswa yang unggul.
Menurutnya, akan kurang elok jika mahasiswa penerima KIP-K namun tidak memiliki capaian tertentu.
Dan jumlah PTS di Indonesia jauh lebih banyak daripada jumlah PTN. Ia mengapresiasi keberadaan Umsida yang banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat. PTS merupakan instansi yang berdedikasi untuk menerima mahasiswa.
Terlebih Pulau Jawa menjadi wilayah dengan konsentrasi perguruan tinggi tertinggi, yakni sekitar 1.477 kampus.
Lebih lanjut di pertemuan ini, Prof Yonny memotivasi para mahasiswa dengan tema “Membangun Mindset Produktif: Peran KIP Kuliah Dalam Mewujudkan Mahasiswa Unggul “
“Indonesia saat ini memiliki 64,16 juta pemuda yang tersebar di desa dan di kota. Mayoritas dari mereka adalah generasi Gen-Z, generasi yang dikenal multifungsi, kreatif,” terang Prof Yonny.
Namun, imbuhnya, generasi tersebut juga disebut sebagai generasi “strawberry” karena dianggap rentan terhadap tekanan.
“Strawberry jika tidak dipelihara dan bahkan ketika dia menyentuh tanah, maka strawberry itu akan busuk. Begitu ringkihnya buah tersebut sehingga petani melapisi tanah dengan jerami,” terang Ketua Senat FMIPA tersebut.
Seperti itulah Prof Yonny menggambarkan sebagai generasi sekarang, seperti strawberry yang menarik, enak, namun jika ditekan sedikit ia sudah hancur.
“Banyak generasi strawberry ini yang baperan ketika mengalami tekanan bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Maka kalian harus berkonsultasi dengan orang-orang yang bisa dipercaya dan hadapi tekanan itu,” tegasnya.
Yang terpenting, katanya, adalah bagaimana generasi muda bisa keluar dari strawberry generation itu.
Selanjutnya, ada sebagian generasi sekarang yang juga menjadi sandwich generation yang tak hanya menghidupi diri sendiri, tapi juga harus menghidupi keluarganya.
“Boleh kalian membantu. Tapi perlu dicatat bahwa jangan sampai kalian melepas semua biaya hidup dari KIP K untuk keluarga, karena itu untuk kalian, bukan orang tua,” tandas Prof Yonny.
Menurutnya, banyak kampus yang melakukan hal itu sehingga mereka mengalami kesulitan pada dirinya sendiri.
Tantangan Generasi Muda Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Ia menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya raya, namun rakyatnya masih banyak yang mengalami kemiskinan.
“Hal inilah yang memerlukan kesadaran dari generasi muda kenapa negara kaya raya ini belum bisa memberikan kesejahteraan masyarakat. Mampukah kita membangkitkan kembali bangsa yang besar ini? Ini adalah tantangan generasi muda,” jelasnya.
Ia berpesan kepada para mahasiswa KIP-K agar lebih sadar bahwa kekayaan Indonesia sangatlah kaya.
Namun, tantangan seperti pengangguran tinggi, kemiskinan, eksploitasi sumber daya alam, serta kebutuhan pangan, energi, air, dan perumahan yang terus meningkat menjadi perhatian serius.
Dan saat ini Indonesia merupakan bangsa yang besar dan sedang berada dalam fase demografi yang sangat potensial.
Dengan usia produktif terbesar di Asia Tenggara dan rasio ketergantungan yang mencapai titik terendah antara 2028–2031, Indonesia memiliki peluang bonus demografi.
“Namun, peluang ini hanya bisa dimanfaatkan jika pembangunan berpusat pada manusia, urbanisasi terkendali, dan terdapat perlindungan sosial yang menyeluruh dan berkelanjutan,” katanya.
Mahasiswa memiliki peran penting dalam mendidik bonus demografi ini. Bisa tidaknya realisasi Indonesia Emas 2045, menurut Prof Yonny, bergantung pada generasi saat ini.
Terdapat empat pilar untuk merealisasikan Indonesia Emas, yaitu pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK, Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.
“Bagaimana anda setelah lulus bisa berkontribusi pada ekonomi diri sendiri hingga masyarakat. Tidak ada lagi 3T, semua harus terhubung. Tidak ada lagi korupsi, pemerintah harus baik, itu tugas kalian,” tandasnya.
Lihat juga: Jadi Tuan Rumah Munas dan SILASMA 2025, Umsida Perkuat Kolaborasi Perpustakaan Muhammadiyah Asyiyah
Ia berpesan agar mahasiswa tidak mencari pekerjaan, melainkan menciptakan lapangan pekerjaan.
Penulis: Romadhona S.