Umsida.ac.id -Pendidikan islam perlu diajarkan secara lebih modern kepada generasi milenial. Ide ini kemudian dituangkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Fitria Junita Arifin melalui Lomba Karya Tulis Ilmiah. Berkat tulisannya, ia sukses menjadi juara 2 di tingkat nasional.
Lomba yang diselenggarakan oleh Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima (IAIM BIMA) ini berlangsung sejak 11 April – 22 Mei 2022. Kepada tim Umsida.ac.id, Fitria mengungkap karya tulis miliknya berjudul “Pendidikan Islam dan Generasi Milenial di era masyarakat 5.0″ itu berfokus pada pengajaran pendidikan islam kepada generasi milenial yang harus bisa menyatu dengan teknologi dan keduanya tidak dapat dipisahkan.
“Dalam tulisan ini saya menyampaikan bahwa pendidikan islam itu penting untuk generasi milenial, asal caranya juga disesuaikan dengan kebiasaan mereka yang berbaur dengan teknologi. Tidak bisa hanya sebatas metode ceramah atau omongan satu arah dan topik yang tidak berkaitan dengan aktivitas mereka. Sebegitu pentingnya karena ini berhubungan sama akhlak generasi milenial yang makin hari makin menurun,” tuturnya, Jumat (27/5).
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab itu mengatakan, proses kreatif tulisannya dilakukan selama 3 hari saja, mulai dari awal konsep tulisan hingga tahapan akhir dengan 15 halaman yang mencakup pendahuluan dan daftar pustaka. “Prosesnya sama seperti menulis tulisan genre apapun yang perlu referensi. Dari saya pribadi menggunakan website resmi serta beberapa jurnal terkait untuk membantu proses penulisan,” ujarnya.
Mahasiswa semester 6 itu juga membagikan tips agar bisa menghasilkan karya melalui sebuah tulisan. Baginya, setiap orang memiliki potensi yang berbeda, akan tetapi untuk mengasah skill menulis dibutuhkan komitmen berlatih secara berkala. “Perlu digarisbawahi bahwa semua orang yang ingin berkarya lewat tulisan, kemampuan itu tidak bisa muncul secara otomatis. Berlatih lewat menulis sederhana di buku atau blog bisa membantu,” ucapnya.
Selain itu, kemampuan menulis juga bisa diasah melalui kegiatan membaca. “Juga dengan memperkaya bacaan dalam berbagai genre. Jangan lupa riset lingkungan juga untuk menyesuaikan apa yang ditulis nantinya,” sambungnya.
Lebih dari itu, Fitria berharap agar tulisannya bisa menggerakkan pembaca untuk semakin mengenal dengan tuhannya. “Semoga tulisan yang ada juga bisa jadi saksi saya saat hari pembalasan,” tandasnya. (Shinta Amalia/Etik)
*Humas Umsida