Umsida.ac.id – Shinta Anastasya Putri, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) torehkan prestasi dengan meraih dua kejuraan karate sekaligus. Pertama Juara 1 kumite senior putri kejuaraan nasional piala rektor unsika kategori open dengan mendapatkan skor 21,94. Kedua meraih juara 2 kata putri kejuaraan nasional piala rektor unsika kategori intern university.
Shinta bersyukur karena mendapatkan dukungan penuh dari pihak Umsida pada Cabang Olahraga (Cabor) Karate, “Tentunya, saya sangat bersyukur dan bangga bisa berhasil membawa Umsida didalam cabor karate ini. Hal ini berkat dukungan dari Umsida yang telah menaungi minat dan bakat para mahasiswanya terutama pada Cabor ini. Dengan fasilitas diberikan Umsida di GKB 1 Kampus 1 Umsida biasanya saya dan teman-teman gunakan untuk berlatih bersama, termasuk untuk persiapan kejuaraan,” terangnya saat diwawancarai tim Jurnalis Umsida, Senin (22/11).
Lebih lanjut, saat ditanya tantangan terbesar yaitu tidaklah mudah mengikuti pertandingan yang dilakukan secara virtual, tetapi mahasiswa semester 3 ini sangat yakin bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Kesuksesan bisa dicapai dengan usaha serta rasa percaya diri, “Tidak seperti biasanya, dulu sebelum pandemi saya bertanding dengan taktik untuk mendapatkan point, tidak perlu banyak jenis serangan hanya fokus pada taktik pengambilan point dan berani adu fisik. Tapi di masa pandemi ini, pertandingan dilakukan via daring dimana penilaiannya dilihat dari ketepatan gerakan, kecepatan gerakan, jenis serangan. Dimana saya sedikit mengalami transisi yang tidak biasa. Disini saya harus bisa bergerak dengan serangan yang cepat, tepat dan beragam. Apalagi saya pernah vakum selama lebih dari 1 tahun. Saya menanamkan dalam diri saya bahwa saya bisa melakukannya,” ungkapnya.
Shinta menceritakan ketertarikan pada karate berawal dari dirinya duduk dibangku Taman Kanak-Kanak (TK). Uniknya, Shinta mengenal karate ini karena mamanya sering melewati tempat yang akhirnya menjadi tempat latihan karatenya sekarang. Selain itu, Ayahnya sempat menolak dan melarang disaat dia berlatih Cabor karate, “Dulu, ayah tidak setuju bahkan setiap saya berangkat latihan ayah sering marah. Ayah tidak mau anak perempuannya ikut kekerasan. Tetapi, saya orangnya ngeyel banget. Jadi harus bersembunyi-sembunyi kalau berangkat latihan,” ucapnya.
Namun, Shinta membayar kekhawatiran ayahnya dengan berhasil mengikuti seleksi dan menjadi tim Jawa Timur, “Ayah saya mulai mendukung bahkan perhatian terhadap kebutuhan latihan, waktu latihan dan kondisi saya didalam pertandingan. Hingga saya bisa sampai sekarang bisa menorehkan prestasi di berbagai pertandingan,” jelasnya.
Dengan prestasinya tersebut, Shinta berharap bahwa prestasinya tidak sampai disitu saja, tetapi dirinya dan tim karate Umsida lainnya bisa terus aktif membawakan nama Umsida di berbagai kejuaraan lainnya. Shinta mengajak mahasiswa lainnya untuk berprestasi, “Ayo kita berproduktif sesuai dengan passion kalian. Mari bersama-sama banggakan nama Umsida di berbagai kejuraaan lainnya,” pungkasnya.
Ditulis : Asita Salsabilla Maharani