[:id]Umsida.ac.id – Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Dr. Syamsuddin MSi hadir sebagai pembicara seminar nasional Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ke 2 (Islam dan Sains) dan Call Of Paper yang diadakan di Auditorium KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) pada, Sabtu (16/11).
Menurutnya, Umsida telah menjadi pelopor dalam menyatukan islam dengan akademisi,
“Di Muhammadiyah itu, PTM dan pengamatan saya belum punya best practice yang bagus. Bagaimana mengaitkan atau integrasi terkait dengan islam dan sains. Bagaimana itu kemudian bisa disatukan dalam perguruan tinggi. Umsida mungkin sudah menjadi pelopornya. Diperguruan tinggi yang lain belum ada. Selama ini hanya sebatas menempelkan islam dalam kegiatan per akademisi, belum ada yang menyatu”, paparnya.
Syamsuddin menambahkan, bahwa lembaga AIK perlu memberikan perubahan baru dalam peradaban islam dan sains di lingkungan akademisi,
“Tentu ini menjadi garis besar bagi lembaga AIK untuk bisa selalu menjadi informan baru bagaimana membawa islam tidak hanya sekedar menjadi simbol- simbol, tapi bisa menyelup, sehingga keluarnya benar-benar pada islam dan sains,” pungkasnya.
(Erika Mulia Arsy)[:en]Umsida.ac.id – PP Muhammadiyah’s Diktilitbang Assembly Dr. Syamsuddin MSi was present as a speaker at the second national seminar on Al Islam and Kemuhammadiyahan (AIK) (Islam and Science) and Call of Paper held at the KH Auditorium. Ahmad Dahlan Muhammadiyah University of Sidoarjo (Umsida) on Saturday (11/16).
According to him, Umsida has been a pioneer in uniting Islam with academics, “In Muhammadiyah, PTM and my monitoring do not have good best practices. How to link or unite related to Islam and science. How can it then be put together in universities. Umsida may have been the pioneer. There are no higher education institutions available so far. only limited to attaching Islam in activities per academic, no one has united,” he explained.
Syamsuddin added, AIK institutions need to provide new changes in Islamic civilization and science in the academic environment, “Of course this becomes an outline for AIK institutions to always be new informants on how to bring Islam not only to become a symbol, but to harmonize it, so that it is truly out of Islam and science,” he concluded.
(Erika Mulia Arsy)[:]
17
Nov