Umsida.ac.id – “Covid bukan lagi tentang kesehatan, tapi tentang perubahan psikologi kita dan bagaimana kita merubah struktur sosial,” tutur Mochammad Salis Yuniardi MPsi PhD Psikolog, Dekan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) saat didapuk menjadi pembicara dalam acara seminar nasional yang diadakan oleh Fakultas Psikologi Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) via zoom, Rabu (2/12).
Ia menambahkan jika fakta kasus Covid-19 masih saja meningkat, baik dari angka penambahan pasien maupun angka kematiannya. Sementara vaksin atau obat yang digandang-gandang akan menyelesaikan permasalahan ini tak kunjung ditemukan. “Untuk mengobati covid belum ditemukan. Yang diupayakan hanyalah bagaimana membuat orang itu bertahan,” ucap dosen fakultas psikologi UMM itu.
Hal yang penting untuk dipahami setiap individu ialah bagaimana kita bisa merubah tiga pola dalam hidup kita yang akan membantu kita untuk hidup bisa berdampingan dengan covid, yaitu pola pikir, pola emosi, dan pola perilaku.
Pertama, Salis menyebutkan bahwa kita perlu mengganti pola pikir yang sudah terdoktrin lama, yaitu bila sakit yang dibutuhkan adalah obat atau vaksin. “Kita tidak bisa menghindari sakit, tapi kita bisa menahan supaya kalau sakit tidak jatuh ke taraf yang lebih parah dengan imun yang baik,” ujarnya.
Untuk selajutnya, individu dihimbau untuk merubah pola emosinya. Selama ini, semua tahu bahwa bersikap tenang itu penting dalam menghadapi sakit. Namun, hal itu hanya sebatas pemahaman kognitif saja. Terbukti saat covid-19 ini muncul, masyarakat malah panik, sehingga perlu adanya kesadaran baru di masyarakat. “Timbul kesadaran baru, terpenting dalam menghadapi covid adalah tenang dan waspada,” kata penulis buku Psikologi Lintas Budaya, UMM Press itu
Terakhir, pola perilaku masyarakat yang perlu dirubah ialah perilaku spontan ketika sakit selalu ingin pergi ke dokter supaya sembuh dan sehat kembali. Namun, sebenarnya menjaga kesehatan itu tentang pola perilaku sehat dan higienis, bukan tentan dokter dan rumah sakit.
“Dulu kita bicara tentang sakitnya, sekarang kita bicara tentang sehat. Dulu kita bicara tentang kuratifnya, sekarang kita bicara tentang promotif dan preventif,” tandas Salis.
Pria lulusan S3 Psikologi, Institute of Neuroscience, Newcastle University, UK tersebut menegaskan lewat hasil penelitian dari negara China bahwa masyarakat sangat perlu untuk tahu dan paham apa itu Covid-19 sebenernya. “Semakin partisipan itu memiliki pemahaman tentang covid dan semakin partisipan itu menganggap bahwa covid mengancam mereka, maka mereka akan cenderung berperilaku sehat mencegah covid,” ujarnya. “Sebaliknya, semakin partisipan merasa covid bisa dikendalikan, semakin mereka tidak berperilaku sehat,” imbuhnya.
Ditulis : Angelia Firdaus
Edit : Etik Siswati