Umsida.ac.id – Meraih gelar doktor di usia muda adalah prestasi yang luar biasa, hal ini diungkap oleh Dr Rahmania Sri Untari SPd MPd dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), “Alhamdulillah saya sangat bersyukur dan senang karena bisa membuat keluarga bangga. Gelar ini saya persembahkan terutama untuk orang tua, suami, dan anak-anak tercinta,” ujarnya bangga saat diwawancara tim jurnalis web umsida.ac.id, Minggu (22/11).
Perempuan yang akrab disapa Ninda ini dinobatkan sebagai Doktor Termuda di Universitas Negeri Malang (UM) pada tanggal 18 November 2020. Setelah 4 tahun menempuh studi doktoral, ia berhasil menyabet gelar doktor termuda di usia 31 tahun. Latar belakang keluarga dan alasan ekonomi membuat ia semangat untuk terus melanjutkan studinya.”Saya bukan dari keluarga berada. Bagaimanapun caranya, saya harus bisa melanjutkan studi tanpa merepotkan kedua orang tua dan suami. kalau tidak dapat beasiswa, saya tidak melanjutkan pendidikan,” ungkapnya. Dosen Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) Umsida ini bertekad untuk melanjutkan studi hingga jenjang doktoral. Untuk itu, ia berhasil mengantongi Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Pemerintah untuk jenjang pendidikan S2 dan S3. Kendala ekonomi tak menyurutkan semangatnya, hingga semua tahap seleksi berhasil dilaluinya.
Ibu dua anak ini mengaku, selama menempuh S3 Pendidikan Kejuruan (PKJ) di UM membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Tantangan itu dirasakannya, mulai dari usia kehamilan yang sudah 9 bulan dan melahirkan anak pertama di saat mulai memasuki semester awal perkuliahan. “Disitulah perjuangan awal studi dimulai. Saya harus memulihkan diri pasca melahirkan, tugas yang begitu banyak dan harus selesai tepat waktu,” ungkapnya. Tidak sampai situ, di tengah perjalanan studinya, Ia dikaruniai anak kedua. Ia juga menganggap kuliah dan bekerja sambil membawa bayi kemana-mana menjadi tantangan tersendiri untuknya.
Dia akhir wawancara, ia menyampaikan gelar yang berhasil didapatkannya merupakan buah manis dari usaha maksimal, totalitas, kerja keras, dan doa. lebih lanjut, Ia berpesan agar mahasiswa Umsida jangan pernah menyerah dengan kondisi apapun untuk mencapai kesuksesan. “Kesuksesan terbentuk bukan karena suatu kebetulan, namun dari kerja keras, pengorbanan, dan cinta yang disertai dengan do’a,” pungkasnya.
ditulis : Shinta
Edit : Etik Siswati Ningrum