Umsida.ac.id – Pentingnya pembelajaran kreatif dan inovatif untuk sekolah dasar di tengah pandemi covid-19 membuat Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan webinar dengan tema Transformasi Pembelajaran Kreatif, Inovatif, Dan Berkarakter di Masa Pandemi Covid-19, Rabu (23/6).
Webinar ini mengundang dua orang pemateri, salah satunya yaitu Bambang M Pd, Trainer Nasional Inovasi Pembelajaran Classroom Management Pemberdayaan Guru.
Dalam pemaparannya ia mengungkapkan, guru harus memiliki pemikiran terbuka terutama saat masa pandemi. “Berpikiran terbuka akan memberikan sesuatu berbeda, para rasul diutus dengan membawa suatu hal baru dan berbeda yang akhirnya menjadi pedonam hidup manusia. Begitu pula dengan para ilmu yang hadir dengan pemikiran terbuka, hingga menjadi buah temuan yang tak ternilai harganya,” tutur Bambang.
Guru SD Al-Hikmah ini menjelaskan, untuk mendobrak suatu hal hingga menjadi sebuah inovasi baru, seseorang harus memiliki pemikiran yang terbuka. Sebagaimana di dalam al quran juga disebutkan akan perintah untuk berpikir, “Perintah berpikir dalam alquran lebih banyak dari perintah sholat, setidaknya ada lebih dari 100 ayat al-quran yang memerintahkan manusia untuk berpikir,” jelasnya.
Pada abad ke-21 ini dibutuhkan 4 keterampilan, communication, collaboration, critical thinking dan creativity. “Empat komponen ini semua telah ada didalam al-quran,” ungkapnya. Dengan mengutip perkataan Edward de Bone, “Creativity involves breaking out of established patterns in order to look at things in a differebt way,” Sebuah kreativitas akan memecahkan sesuatu yang umum untuk mencari sesuatu yang baru dengan cara yang berbeda.
Ada tiga tipe pemikiran seseorang, idealis, realistis, dan oportunis. Bambang menjelaskan, dimasa pandemi ini jika seorang pendidik memakai pemikiran idealis, maka ia akan bersikeras untuk tetap menjalankan pembelajaran akhlak secara tatap muka meskipun pandemi, jika seorang pendidik menggunakan pemikiran realistis, maka ia akan melakukan pembelajran akhlak dengan sistem daring atau mengikuti ketentuan yang berlaku, sedangakan jika seorang pendidik memakai pemikiran oportunis, maka ia akan mencari sebuah terobosan baru, yang lebih kreatif agar pembelajaran akhlak dapat terlaksana dengan baik.
“Setiap anak memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya, namun masalahnya bagaimana mempertahankan rasa optimis dan percaya diri hingga ia dewasa.” Ucap Trainer nasional ini. Melalui webinar ini ia ingin membangun keberanian para mahasiswa untuk mengungkapkan apa yang ia miliki, dengan meminta beberapa orang mahasiswa untuk mengungkapkan beberapa benda yang ada disekitarnya. Ini dilakukan untuk membangun keberanian, kreatifitas dan daya berpikir berbeda.
Ada 4 kunci untuk membangun kreatifitas, “Pertama jangan takut salah, teori ini banyak diterapkan oleh para ilmuan, hingga kita tau banyak dari ilmuan yang tidak takut untuk mencoba,” ucapnya. Kedua lakukan apa yang belum dilakukan oleh orang lain. Ketiga tunjukkan, “Jika kreativitas tidak di presentasikan atau ditulis maka ia tidak akan berbuah, dan terakhir do what you love, love what you do,” imbuhnya.
Guru adalah teladan bagi para siswanya, “Jika guru menginginkan para siswanya memiliki keberanian dan kreatifitas maka seorang guru harus berani berekspresi dan kreatif pula,” pesannya.
Ditulis: Rina Aditia D A