Umsida.ac.id – Berita menggembirakan datang dari alumni program studi perbankan syariah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang telah lulus menempuh pendidikan S2 di Inceif University Malaysia, sebuah universitas di bawah naungan Bank Negara Malaysia menggunakan jalur beasiswa. Ia diwisuda di Kuala Lumpur pada Sabtu (04/11/2023).
Ia adalah Nadya Fira Efendi, alumni prodi perbankan syariah yang lulus dari Umsida pada tahun 2019. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Nadia sapaan akrab perempuan ini, melanjutkan studi di Inceif University di Kuala Lumpur, Malaysia atau yang biasa dikenal sebagai Inceif – The Global University of Islamic Finance pada tahun 2020.
Berawal dari membuat mind map
Dulu, Nadya tidak memiliki rencana sama sekali apa yang harus ia lakukan setelah lulus S1. Setelah itu, ia mengunjungi temannya yang ada di Pare, Kediri yang sedang belajar bahas Inggris.
“Saya mengunjungi teman saya yang ada di Pare. Biasanya, orang-orang di situ (Pare) memiliki tujuan kan belajar bahasa Inggris untuk apa. Sedangkan saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Di Pare saya hanya belajar sesuai regulasi saja,” Ucapnya.
Baca juga: Atlet Tapak Suci Umsida: Dulu Saya Suka Tawuran, Alhamdulillah Sampai Kancah Internasional
Selain itu, Nadya juga termotivasi dari teman-temannya yang terbiasa menulis mind map tentang apa yang mereka rencanakan beberapa waktu ke depan. Dari situlah, Nadya mulai membuat rencana apa saja yang akan ia lakukan. Akhirnya ia mencoba beberapa beasiswa di bidang Islamic Finance dan menemukan dua negara yakni Inggris dan Malaysia. Tapi dengan mempertimbangkan jatak, Nadya memilih Malaysia sebagai negara tujuannya.
Ia mengikuti seleksi beasiswa Malaysia International Scholarship (MIS) dan beasiswa langsung dari Inceif University. Sebenarnya Nadia hanya memiliki pilihan Malaysia International scholarship saja namun dosen pembimbing sewaktu Iya menempuh S1 yakni M Ruslianor Malika SHut MAB, merekomendasikan Nadya untuk mendaftar juga di Inceif University.
Pendaftaran yang semakin mendekati hari terakhir, Nadya dengan cepat mempersiapkan berkas persyaratan beasiswa seperti paspor proposal, dan surat rekomendasi. Di tengah-tengah, perempuan asli Nganjuk ini sempat mengalami kesulitan saat mengurus surat rekomendasi.
“Di akhir pendaftaran beasiswa itu saya masih belum memiliki surat rekomendasi dari negara sama sekali. Akhirnya saya ke Jakarta untuk meminta kepada kedubes Malaysia tapi mereka tidak memiliki wewenang. Mendikbud juga tidak bisa memberikannya. Dan yang terakhir saya ke Ristekdikti. Sebenarnya bisa, tapi orang yang memberikan tanda tangan tersebut sedang tidak ada di kantor. Di hari itu saya ingin menyerah,” Lanjutnya.
Tapi akhirnya, Nadya berhasil mendapatkan surat rekomendasi negara berkat bantuan dosen pembimbing tersebut. Singkat cerita, ia diterima di Inceif University karena ia mengalami masalah bahasa ketika mengikuti seleksi di MIS.
Baca juga: Ini Cerita Alumni Umsida yang Mendapatkan Beasiswa Penuh S2
Nadya menjelaskan, “Kalau di MIS itu yang ditanyakan lebih ke proposal. Sedangkan saya menyiapkannya sangat mepet. Tetapi kalau Inceif University, mereka lebih mempertimbangkan sisi pengalaman. Jadi proposal saya itu sebenarnya adalah pengembangan dari skripsi dulu. Judulnya “A Prototype Design Development of E-commerce Platform Based on Salam Contract,”.
Kesulitan ketika di Inceif University
Ketika memulai perkuliahan, Nadya mengalami beberapa kesulitan terutama saat berinteraksi dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai negara. Pada kesulitan ini Nadya menyimpulkan betapa pentingnya menguasai bahasa asing.
“Meskipun bahasa yang kita gunakan untuk berkomunikasi itu sama yaitu bahasa Inggris, tapi setiap negara pasti memiliki aksen atau logatnya yang berbeda-beda. Itu yang membuat saya paham bahwa belajar bahasa asing itu penting, apalagi pengetahuan tentang kosakatanya,” Tegas perempuan yang juga alumni Gontor ini.
Nadya juga pernah mengulang satu mata kuliah sebanyak dua kali karena ia merasa kesulitan di mata kuliah itu. Ditambah lagi dengan kegiatan yang cukup padat selama kuliah. Sebelum perkuliahan dimulai pada sore hari, Nadya menjadi tenaga pengajar di sebuah sanggar bimbingan anak-anak asal Indonesia yang keluarganya memiliki masalah legalisasi. Sanggar ini adalah naungan Ikatan Muhammadiyah Malaysia.
Pada awal kedatangannya di Malaysia, Nadya juga merasakan culture shock di makanan negara tersebut, juga dengan sikap warga yang berbeda dengan Indonesia.
Rencana setelah menjadi lulusan Inceif University
Sebenarnya, Nadia sudah lulus S2 sejak tahun lalu. Berhubung kampusnya melaksanakan wisuda satu tahun sekali, membuat ia harus menunggu satu tahun untuk wisuda. Selama itulah, Nadya telah bekerja di sebuah perusahaan syariah bernama EthisEthis Global yang berbasis di Kuala Lumpur. Namun pekerjaan Nadya bisa dilakukan secara remote.
“Ya saya cari pengalaman dulu di Ethis. Mungkin nanti ada rencana untuk beralih ke pekerjaan yang lebih baik dan balik juga karena tidak pegang visa,” Sambungnya.
Nadya memberikan pesan kepada maahsiswa yang akan menalnjutkan studinya. Menurutnya, niat diri sendiri dan konsisten menjadi kunci penting jika ingin melanjutkan studi, terutama jalur beasiswa.
Selanjutnya, dosen pembimbing Nadya, M Ruslianor Malika SHut MAB mengungkapkan rasa bangga kepada mahasiswa yang telah ia bina sejak semester awal kuliah.
Baca juga: Idenya Dipandang Sebelah Mata, Peraih Pendanaan PKM-K 2023 Ini Sukses Jadi Pebisnis Visioner
“Dari dulu memang anak itu aktif mengikuti kegiatan, mulai dari lomba hingga magang. Saya memang merekomendasikan mahasiswa saya untuk aktif berkegiatan supaya bisa memperbanyak portofolio,” Ujar Rusli, sapaan akrabnya.
Rusli selalu menawarkan beberapa rekomendasi pada mahasiswanya agar mereka bisa berkembang dan mencapai keinginannya. Oleh karena itu, ia selalu menuntun mahasiswa yang mau berusaha untuk mewujudkan mimpi.
Setelah lulus, lanjut Rusli, menyarankan Nadya untuk melanjutkan studi di Inceif University. Dengan pengalaman dan portofolionya yang cukup banyak, bisa menjadi modal untuk mendaftarkan beasiswa.
“Selama mengajar, saya kerap membukakan jalan untuk mahasiswa agar ikut berkegiatan. Karena menurut saya, selama kegiatan tersebut mereka jadi tahu hal dan pengalaman baru, terlepas dari berhasil atau tidaknya nanti,” Pungkaa dosen yang pernah bekerja di Bank Muamalat tersebut.
Wawancara eksklusif: Nadya Fira Efendi
Penulis: Romadhona S.