pemberian gelar profesor honoris causa 1_11zon

Tak Beri Gelar Profesor Honoris Causa, Umsida Jaga Marwah Akademik Perguruan Tinggi

Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menegaskan tidak akan memberikan gelar guru besar kehormatan (honoris causa). Hal tersebut sejalan dengan arahan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. 

Lihat juga: Pengukuhan 3 Guru Besar Umsida, Perkuat Visi Perguruan Tinggi Unggul

Rektor Umsida, Dr Hidayatulloh MSi, menjelaskan bahwa keputusan PP Muhammadiyah tersebut tepat, karena gelar akademik tertinggi, yakni profesor, tidak bisa diberikan secara sembarangan.

“Memang kalau menyangkut gelar akademik tertinggi (profesor) itu memang tidak bisa sembarang perguruan tinggi memberikan. Walaupun itu ada embel-embel honoris causa tapi ini mempertaruhkan reputasi kampus,” ujar Wakil Ketua PWM Jatim itu.

Jadi Profesor Butuh Proses Panjang

pemberian gelar profesor honoris causa 1_11zon

Untuk mencapai gelar akademik tersebut, tambahnya, terdapat beberapa tahap yang cukup panjang yang harus dilewati seorang dosen, mulai dari jabatan fungsional paling rendah yakni asisten ahli, lektor, lektor kepala, lalu guru besar.

“Jadi tidak mungkin kita memberikan gelar akademik profesor bagi orang yang tidak melewati pencapaian jabatan akademik mulai dari bawah tersebut,” ujarnya.

Seorang dosen yang menjadi guru besar, kata Dr Hidayatulloh, juga harus memiliki berbagai riset, publikasi, dan pengabdian masyarakat. Itu merupakan proses kemampuan akademik bagi dosen yang sudah teruji. 

Jika tiba-tiba ada perguruan tinggi yang memberikan gelar akademik tertinggi tanpa melewati proses tersebut, menurutnya akan menimbulkan banyak pertanyaan.

“Sesuai dengan instruksi Ketum PP Muhammadiyah khususnya kepada seluruh PTMA, jangan latah dengan memberikan gelar kehormatan,” pesannya.

Perbedaan Pemberian Gelar Doktor Honoris Causa

Namun hal tersebut berbeda dengan pemberian gelar doktor honoris causa. Gelar ini merupakan apresiasi bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di suatu bidang.

Orang yang memiliki keahlian, banyak manfaat yang diterima masyarakat, dan bisa mempertanggung jawabkan, maka ia layak diberi gelar doktor honoris causa.

“Bisa jadi Umsida memberikan gelar doktor honoris causa kepada seseorang yang memiliki keahlian. Misal ada ilmuwan yang sudah menuntaskan S2 dan memiliki karya namun tidak melanjutkan studi doktor, maka bisa saja kami memberikan gelar tersebut selagi inovasi itu sejalan dengan prodi yang kita miliki,” ujarnya.

Menurutnya, cara mengenalkan suatu kampus kepada khalayak tak harus dengan memberikan gelar profesor kehormatan kepada seseorang, apalagi orang yang berpengaruh.

“Bagi orang yang tidak memahami dunia perguruan tinggi, akan menganggap pemberian itu bisa mengangkat nama kampus. Namun bagi orang yang mengerti, hal tersebut bisa kontradiktif dan menganggap kampus tidak menjaga marwah akademik,” kata dosen pasca sarjana Umsida itu. 

Lihat Juga :  Prof Syafiq: Modernisasi Jadi Ciri dari Cara Berpikir Muhammadiyah

Karena menurutnya, urusan akademik tidak bisa dijual belikan untuk kepentingan tertentu. 

Strategi Menjaga Integritas Akademik

pemberian gelar profesor honoris causa _11zon

Dr Hidayatullah mengatakan bahwa setiap kampus memiliki cara tersendiri untuk menjalankan pendidikan tinggi berdasarkan statuta yang menjadi kebijakan utama perguruan tinggi.

Lalu, perguruan tinggi juga harus memiliki integritas. Selama mereka menjaga integritasnya, maka tidak mungkin mengorbankan kewibawaan perguruan tinggi.

Lebih lanjut, Dr Hidayatulloh memaparkan beberapa strategi yang diterapkan Umsida untuk menjaga integritas akademik. 

Yang pertama, pimpinan perguruan tinggi harus memberi contoh kepada semua pihak yang ada di dalamnya. Namun, jika ia sendiri tidak menjaga integritas diri dan lembaga maka hal lain juga akan mengikutinya.

Selanjutnya, di perguruan tinggi terdapat ketentuan yang mengatur tentang mekanisme kerja akademik dan non akademik yang menjadi rambu-rambu sekaligus arah dalam menjalankan fungsi dan tugas utamanya.

“Yang ketiga, jika ada salah satu anggota di dalam perguruan tinggi tersebut yang melanggar kode etik, maka ia dipastikan akan ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal tersebut menyangkut dengan kewibawaan akademik dan reputasi lembaga,” terangnya.

Keempat, pimpinan perguruan tinggi harus benar-benar bisa  memfasilitasi dosen untuk mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi, termasuk pengurusan jabatan fungsional.

“PTMA sudah memiliki sistem yang tertata. Pernyataan dari Ketum PP Muhammadiyah tentang hal ini akan diterjemahkan oleh majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah,” katanya.

Selanjutnya, majelis Dikti Litbang melakukan koordinasi, konsolidasi, penguatan, dan pembinaan kepada seluruh  PTMA mewujudkan kebijakan bahwa PTMA tidak akan memberikan gelar profesor honoris causa.

Setiap tahun Majelis Dikti Litbang menggelar Rakenas bersama seluruh pimpinan PTMA. Mereka juga melakukan pembinaan kepada masing-masing bidang, seperti bidang keuangan, akademik, SDM, riset, dan lain-lain.

Selain itu terdapat pula tim yang dibentuk majelis Dikti Litbang untuk memberikan pendampingan secara langsung ke kampus-kampus. 

Lihat juga: 3 Guru Besar Umsida Diingatkan Jalankan Misi Profetik Muhammadiyah

“Dengan begitu, sejak awal, PP Muhammadiyah bisa memantau jalannya akademik di seluruh PTMA terkait kebijakan yang dibuat,” pungkasnya.

Penulis: Romadhona S.

Berita Terkini

SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ke Umsida 3
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga Ajak Siswa Baru Kunjungi Umsida
July 18, 2025By
penerimaan mahasiswa baru Umsida 4
Belajar Tentang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru, Unida Kunjungi Umsida
July 17, 2025By
green campus Umsida
Wujudkan Green Campus, Umsida Integrasikan Konsep Keberlanjutan dalam Setiap Aspek Pendidikan
July 17, 2025By
pelatihan koding dan kecerdasan artifisial 3
Gelar Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial, FPIP dan FST Umsida Latih 144 Sekolah
July 15, 2025By
yudisium FST Umsida 2025 4
FST Umsida Kukuhkan 258 Mahasiswa Lulus Yudisium 2025
July 14, 2025By
factory visit Psikologi Umsida.png
Factory Visit ke Industri Legendaris, Mahasiswa Psikologi Umsida Kupas Sistem SDM dan Budaya Kerja
July 14, 2025By
film dokumenter Ikom Umsida
Comfis #8 Tampilkan Karya Film Dokumenter dan Pameran Foto Sinematik Mahasiswa Ikom Umsida
July 13, 2025By
Unimerz belajar di FK Umsida 2
FK Umsida Jadi Rujukan Unimerz dalam Rencana Pembukaan Fakultas Kedokteran
July 11, 2025By

Riset & Inovasi

riset dan inovasi DRPM Umsida
Umsida Kembangkan Riset dan Inovasi Melalui Seminar, Pameran, dan Diseminasi dengan 3 Kampus
July 16, 2025By
pengganti agregat kasar Teknik Sipil Umsida 2
Ragam Inovasi Pengganti Agregat Kasar dari Teknik Sipil Umsida, Siap Diterapkan ke Lapangan
July 13, 2025By
civil day 2025
Civil Day 2025, Ajang Mahasiswa Teknik SIpil Tunjukkan Inovasinya
July 9, 2025By
pentingnya keamanan pangan 1
Ajak Melek Literasi Keamanan Pangan, Warek 1 Umsida Andil di Pendampingan PSAT
June 30, 2025By
pemeriksaan gigi 1
Gelar Pemeriksaan Gigi Bumil, FKG Umsida Edukasi 22 Ibu untuk Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut
June 24, 2025By

Prestasi

Ikom Umsida juara Silat Apik
Tak Hanya Delegasi Mahasiswa, Ikom Umsida Juga Raih 2 Juara Ini di SILAT APIK PTMA 2025
July 4, 2025By
ikom Umsida potret masyarakat Cirebon
Potret Masyarakat Cirebon dalam Audio Visual, 4 Mahasiswa Ikom Borong Prestasi Silat Apik 2025
July 3, 2025By
ikom Umsida silat apik 3
Ikom Umsida Borong 11 Prestasi di Silat Apik UM Cirebon 2025
July 2, 2025By
Umsida Kampus Islami Terbaik III_11zon
Umsida Jadi Kampus Islami Terbaik III pada Muhammadiyah Higher Education Awards 2025
June 30, 2025By
mahasiswa Administrasi Publik Umsida
Mahasiswa Administrasi Publik Juara 1 Kumite +84 Kg Senior Putra Piala Guberur Jatim Cup
June 28, 2025By