Umsida.ac.id – Wisudawan berprestasi asal program studi teknik mesin bernama Muhammad Agus Hermawanto memanfaatkan riset karya tulis ilmiahnya yang menjadi juara 2 di lomba KTI tingkat nasional sebagai tugas akhirnya.
Membuat mesin pengolah sampah
Pada awalnya, ia mengikuti program pengabdian masyarakat dosen pembimbingnya yakni Dr Prantasi Harmi Tjahjanti pada semester enam yang menerima hibah Riset Muhammadiyah (RisetMu). Pelaksanaannya berada di daerah Pujon Malang, tepatnya di desa Madiredo. Di daerah Pujon yang terkenal akan wisatanya, belum ada gerakan pengolahan sampah yang menjadi efek samping pariwisata tersebut.
“Oleh karena itu, kami membuat mesin pengolah sampah yang bisa digunakan warga desa tersebut agar tidak berdampak pada sektor wisatanya. Inovasi ini juga akan terus diperbarui oleh adik tingkat saya,” Ucap laki-laki yang akrab disapa Agus ini.
Mengikuti lomba KTI
Setelah mengikuti pengadilan masyarakat dan membuat abstrak KTI-nya, Agus langsung mengikuti perlombaan ini. Lomba KTI tingkat nasional ini diadakan oleh Asosiasi Program Studi Teknik Mesin Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APSTMPTM) di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) pada 9 Agustus 2023 lalu. Di lomba ini, ia beranggotakan satu teman dan adik tingkatnya untuk membuat mesin pengolah sampah.
Baca juga: Dari Penulis Fiksi Hingga Menjadi Wisudawan Berprestasi 2023
“Awalnya saya membuat riset mesin pengolahan sampah ini untuk tugas akhir saya. Tapi saat itu juga ada lomba KTI, jadi saya ikutkan sekalian dalam lomba itu. Tadinya tidak berambisi sekali supaya lolos, karena dulu saya sudah pernah ikut lomba tapi ndak tidak lolos, ternyata lomba kali ini diterima dan jadi juara 2,” lanjut laki-laki berusia 24 tahun tersebut.
Kesulitan membuat mesin
Dalam membuat mesin pengolah sampah ini Agus menemukan beberapa hambatan dalam proses perakitan mesin. Seperti penghitungan-penghitungan mekanik dan pengujian software.
“Pada dasarnya saya adalah anak produksi yang biasanya merakit-rakit mesin. Jadi saya menggandeng dua teman saya ini karena mereka yang bisa menghandle masalah perakitan softwarenya. Kerjasama tim di lomba ini sangat dibutuhkan,” Terang Agus.
Aktif di kegiatan kampus
Selain sering mengikuti perlombaan, Agus dulu juga mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan kampus, salah satunya yakni menjadi asisten laboratorium. Kesempatan menjadi aslab ini merupakan salah satu hal yang bisa dimanfaatkan oleh Agus dan teman-temannya untuk mempermudah melaksanakan riset ini.
Baca juga: Wisudawan Ini Menjadi Lulusan Terbaik Saat S1 dan S2
Agus melanjutkan, “Kalau aslab itu kan memiliki akses yang lebih mudah saat menggunakan laboratorium daripada mahasiswa lainnya. Jadi saya bisa menggunakan fasilitas di laboratorium seperti mesin dan perkakasnya sehingga lebih cepat,”.
Dalam mengerjakan riset ini, Agus sangat menikmati prosesnya karena perkakas, bubut, dan mesin sudah menjadi aktivitas sehari-hari dan riset ini adalah tanggung jawabnya. Terkait software, Agus menyerahkan kepada teman satu tim.
Jadi wisudawan berprestasi
Agus mengungkapkan kebahagiaanya menjadi wisudawan berprestasi pada wisuda ke-42 ini. Karena awalnya, ia tak memiliki ambisi untuk mendapat penghargaan tersebut.
Baca juga: Atlet Karate Ini Kerap Diejek Telat Lulus, Akhirnya Jadi Wisudawan Berprestasi
“Saya bisa membanggakan orang tua ketiak saya wisuda. Dan mereka juga pasti senang karena tidak sia-sia saya aktif di berbagai kegiatan kampus. Biasanya kan mahasiswa seperti itu tidak bisa menyeimbangkannya. Tapi balik lagi ke individunya, mereka bisa lulus tepat waktu juga, bahkan mendapatkan bonus seperti ini (wisudawan berprestasi),” Tutup Agus.
Penulis: Romadhona S.